Gebogan
HINDU DHARMA
 
A Survey of Hinduism - Klaus K Klostermaier

Potret komunalisme Hindu dan politik Hindu yang berfokus sempit haruslah diseimbangkan dengan menunjuk ambivalensi mendalam dari Hindu dewasa ini. Sejajar dengan semangat nasionalistik yang sangat intens yang ditunjukkan oleh orang-orang Hindu, sebagaimana dikemukakan (dalam halaman) sebelumnya, adalah penolakan terhadap konsep "Barat" dari negara-bangsa dalam tulisan dari juru bicara Hindu modern seperti Rabindranath Tagore, Aurobindo Ghose, dan Sarvepalli Radhakrishnan.

Sejalan dengan peneguhan kembali varnasramadharma sebagai dasar bagi India adalah juga pernyataan dari para wakil orthodoksi dan politik Hindu yang menganjurkan masyarakat tanpa kelas dan kasta. Pengecaman secara besar-besaran terhadap modernisasi dan sekularisasi oleh beberapa orang diimbangi oleh anjuran bagi terbentuknya India modern yang kuat secara militer dan industri oleh yang lain.

Sementara sejak lama memang telah ada perlawanan Hindu terhadap segala perobahan yang diperkenalkan dalam masyarakat dan undang-undang, harus juga ditunjukkan bahwa hampir semua gerakan progresif telah dimulai oleh orang-orang Hindu. Paralel dengan, dan bertentangan keras terhadap,
kecendrungan untuk kedaerahan dan sektarian dari agama Hindu, adalah gerakan berlawanan untuk menguniversalkan dan menspritualkan agama Hindu dan menganggapnya sebagai rumah dari semua religiusitas yang murni.

Agama Hindu telah menghasilkan dalam zaman modern ini tidak saja hanya seorang Dayananda dan Tilak tapi juga seorang Gandhi dan seorang Sarvepalli Radhakrishnan, seorang Aurobindo Ghose dan seorang Krishnamurti, warga dunia yang sesungguhnya dan nabi-nabi dari sebuah agama universal. Apa yang kita lihat sedang terjadi atas agama Hindu dewasa ini adalah pembentukan satu agama baru dunia yang sebenarnya.

Agama Hindu, tentu saja, telah menjadi sebuah agama dunia berdasarkan jumlah pemeluknya yang besar. Tapi ikatannya yang kuat kepada geografi India dan struktur sosial dari kasta telah menghalanginya untuk menjangkau dunia secara luas. Juga, perbedaan-perbedaan internalnya, kekurang pastian akan apa yang dianggap esesial, sejarah sektarianismenya telah menjadi penghalang bagi kedudukannya sebagai sebuah agama universal yang sesungguhnya.

Semua ini sudah berubah. Dalam abad kita, agama Hindu telah menghasilkan para pendukung terkemuka yang mengesampingkan sektarianisme, menekankan atau mengutamakan dasar-dasar bersama bagi seluruh cabangnya, dan memodernisasi dan merevitalisasi agama Hindu. Agama Hindu telah membuktikan dirinya jauh lebih terbuka dari agama-agama yang lain terhadap ide-ide atau pemikiran baru, pemikiran ilmiah, dan juga ekperimen sosial.

Banyak kepercayaan, yang merupakan dasar bagi agama Hindu dan semula asing bagi Barat, seperti reinkarnasi, polydevataisme, meditasi, lembaga/hubungan guru (guruship) telah diterima secara luas di seluruh dunia. Juga kesamaran tradisonal dari agama Hindu berkaitan dengan batas-batas doktrinnya telah menjadi suatu aspek universal yang menarik dari agama di seluruh dunia. Tradisi yoganya yang hidup dan metoda interiorisasi (pencarian ke dalam jiwa/batin) telah memberikan agama Hindu nilai lebih (edge) atas agama-agama tradisional yang lain, yang lebih menekankan otoritas mutlak atas kebenaran resmi dari sebuah kitab suci.

Agama Hindu sedang mulai mengorganisasikan dirinya sendiri, dia sedang mengartikulasikan esensi atau ajaran-ajaran utamanya (tattva), memodernisasikan dirinya, dan dia didukung oleh pemeluk yang sangat besar dengan keyakinan yang kuat. Tidak mengherankan untuk menemukan agama Hindu akan menjadi agama yang dominan untuk abad duapuluhsatu. Ia akan menjadi agama yang secara doktrinal tidak sedogmatik Kristen, secara politik tidak sekeras Islam dan secara etik tidak seheroik Buddha; tapi ia akan menawarkan segalanya untuk setiap orang, ia akan memberikan kebahagiaan dengan kekayaan dan kedalamannya, dia akan menjangkau orang-orang pada sebuah level yang sejak lama belum disentuh oleh agama atau ideologi lain yang masih ada. Ia akan tampak idealistik bagi mereka yang mencari idealisme, pragmatik bagi mereka yang pragmatis, spiritual bagi para pencari, sensual bagi generasi kini dan disini. Agama Hindu, beruntung karena kepercayaannya pada intuisi dan tidak terlalu menekankan ideologi, kelihatannya jauh lebih dapat diterima daripada agama-agama yang doktrin dan dogmanya telah dibekukan lebih dari seribu tahun yang lalu atau yang struktur sosialnya tetap dikendalikan oleh perilaku dan adat suku (tribal mores).

Agama Hindu akan menyebar luas tidaklah melalui para guru dan swami, yang akan menarik sejumlah orang untuk mencari satu komitmen baru dan gaya hidup yang mirip pertapaan, tapi agama Hindu akan berkembang terutama melalui karya-karya para intelektual dan penulis, yang telah menemukan beberapa dari cita-cita (ideal-ideal) Hindu yang meyakinkan dan yang mengindentifikasi cita-cita itu dengan keyakinan pribadi mereka. Sejumlah cukup besar dari ahli fisika dan biologi terkemuka telah menemukan paralel antara ilmu pengetahuan modern dengan ideal-ideal atau cita-cita Hindu. Sejumlah yang terus meningkat dari ilmuwan yang kreatif akan datang dari latar belakang Hindu dan akan secara sadar dan tidak sadar menggabungkan cita-cita ilmiah mereka dan cita-cita agamanya. Semua dari kita mungkin telah sedikit banyak menjadi lebih Hindu dari yang kita duga.

(Klaus K. Klostermaier : "A Survey Of Hinduism" State University of New York Press, 1989).