Krishna dan Narada
 

Suatu hari Krishna berjalan jalan dengan bhaktanya Naradha (waktu itu Krishna belum menjadi raja, dan mereka melakukan perjalanan dengan menyamar. Perjalanan melewati berbagai daerah, melewati hutan, dan padang pasir. Di suatu daerah dekat padang pasir Krishna berkata pada Narada," Narada mari kita minta air pada orang, aku sudah sangat haus." Lalu Narada dengan bergegas mendahului Krishna, Gurunya, untuk menuju sebuah rumah. Sebagai murid yang melayani Guru, Narada ingin memintakan air buat Gurunya.

Rumah itu besar dan berpekarangan luas, tentu pemiliknya seorang yang kaya. Narada memanggil-manggil sang tuan rumah. Tapi yang keluar hanya si pelayan rumah. "Tolong kami sangat kehausan, kami ingin seteguk air," kata Narada. Sambil menunjuk pakaian mereka yang penuh debu si pelayan menghardik," Pergi, enyah kalian dari sini!Tuanku paling tidak suka denga musafir bau, kumal seperti kalian!." Mendengar perkataan itu Krishna dan Narada meneruskan perjalanan diiringi tatapan dingin si pemilik rumah yang memandang punggung mereka dari atas loteng rumah.

Krishna dan Narada meneruskan perjalanan hingga mencapai rumah berikutnya. Rumah itu sudah tua dan lapuk, tidak ada harta yang tampak kecuali seekor sapi perah tua di kandangnya. Seorang nenek tua dengan tergopoh-gopoh menyambut ketika didengarnya Narada memanggil-manggil.Tanpa banyak kata si nenek mempersilahkan mereka masuk, lalu mengambilkan dua baskom air hangat untuk merendam kaki mereka. Setelah itu ia bukan hanya menyuguhkan air putih bagi musafir seperti kebudayaan di masa itu, tetapi seteko susu segar yang hangat. Dengan penuh dahaga Krishna dan Narada minum air susu tersebut. Si nenek juga menyuguhkan makanan berupa ghee (mentega) dan lain-lainnya.

Ketika mereka melanjutkan perjalanan, Narada bertanya kepada Gurunya, "Oh, Krishna, Sadguru, apa yang akan terjadi dengan laki-laki kaya pelit itu sebagai pala atas perbuatannya melecehkan musafir seperti kita dan Sadguru seperti Dikau! Lalu apa yang kan terjadi dengan nenek itu sebagai pahalanya!

Dengan tenang Krishna menjawab, "Si kaya itu kan makin kaya sedangkan si nenek kan kehilangan sapinya."

Narada kaget dan memprotes, "Oh, kenapa? Bukankah si kaya harus dihukum karena perbuatannya? Kenapa ia malah beruntung. Dan sungguh tak adil si nenek harus kehilangan sapinya!"

Krishna menjawab, "Benar, si kaya akan semakin kaya, itulah hukumannya. Selama ini dengan kekayaannya ia menjadi terikat dengan uang dan tak mau berderma. Ia menjauhi Aku dan Aku membuatnya semakin menjauhi Ku dengan memberinya semakin banyak harta. Sedangkan nenek tua itu selalu menyanyikan bhajan dan melakukan meditasi dan Puja yang tulus kepada Tuhan. Akan tetapi ia masih terikat dengan sapinya yang menjadi teman dan sumber susu baginya. Kalau sapi itu mati, ia akan bersedih akan tetapi kemudian pikirannya akan semakin tercurah kepada Ku. Ia sudah tua, dalam waktu dekat ajal akan menjemput, dan di kala ajal itu pikirannya yang selalu tertuju pada Tuhan membuatnya mampu menghembuskan nafas terakhir dengan ideasi kepada Ku! Mencapai pembebasannya", kata Krishna.