Kami mengundang para semeton untuk bergabung bersama, meluangkan waktu, menyisihkan kesempatan, berdiskusi mengenai budaya kita. Tentang adat, tentang leluhur, tentang seni, agama, bahasa, tradisi, dan segala hal dalam lingkup kita maupun dampak yang datang dari luar. Dengan demikian budaya kita memperoleh napas dan hara yang diperlukan untuk tetap hidup dan lestari. Di sini kita bebas berpendapat, tidak perlu sama, perbedaan itulah napas, karena tiap pendapat berbeda menghembuskan helaan napas yang berbeda. Jangan mengumpat, jangan bertengkar tanpa ujung pangkal, agar ibu pertiwi Bali kita tak tersedak dan dan tetap tersenyum mesra sebagaimana telah menimang kita dalam cinta. Hiduplah Baliku, bangun dan tersenyumlah melihat putra-putrimu memelukmu dengan kasih yang tulus.

Putra-putri Bali, tuangkan rasa, tunaskan cipta, lahirkan karya dari karsamu. Tuliskan puisi, tuliskan lagu, lukiskan keindahan agar angkara dan asusila remuk terendam tanpa kesan dalam pekatnya kasih antara kita. Lantunkan Trisandhya, dendangkan Gayatri, bacakan Baghawad Ghita, reguk kesejukan dan isap sarinya. Kita selimuti gempitanya keduniawian dengan embun kedamaian yang abadi.