Pura Buwit
 
1  
2  
3  
4  
5  
1  
2  
3  
4  
5  
   
   
   
   
   
   
   
   
   
   
 
 
Pura Buwit
Letak Pura  
Data Pengelingsir Pura  
Piodalan / Pujawali / Petoyan  
Sejarah Pura  
Menengok Keberadaan Pura Buwit di Desa Tulikup, Gianyar

Dulu Menjadi Lokasi Pelabuhan di Zaman Arya
Pura Buwit yang berlokasi di pinggir pantai Tulikup Gianyar menyimpan nilai sejarah yang cukup tinggi. Zaman dahulu pura tersebut adalah pelabuhan para arya yang datang dari Pulau Jawa ke Bali Dwipa. Seperti apa?

OKA SURYAWAN, Gianyar

Siang kemarin, terik matahari begitu menyengat. Di jalan setapak sepanjang kurang lebih 300 meter masuk agak ke selatan itu tidak terlihat satu pun warga yang melintas. Sepanjang jalan selebar kurang dari dua meter itu nampak pohon pisang menyambut. Jalan tersebut adalah jalan satu-satunya menuju Pura Buwit yang berlokasi di pinggir pantai. Lokasi pura sangat gampang dicari lewat jalan bypass Prof Ida Bagus Mantra. Lokasinya percis di timur jembatan Lebih- Tulikup. Agar tidak membingungkan umat, di pinggir jalan tersebut diisi plang khusus.

Lokasi pura sendiri terletak di tengah sawah dan sangat asri. Di utama mandala sendiri belum semua pembangunan permanen. Hanya terdapat sebuah palinggih pesamuan alit yang belum selesai dikerjakan. Tembok pura juga belum semuanya terpasang. Pura yang luasnya kurang lebih sepuluh are itu diempon warga Sangging se-Bali. Jumlah warga Sangging di Pulau Dewata ini diperkirakan mencapai 18 ribu jiwa. Hal itu dibenarkan oleh Ketut Wijana Sangging, salah satu pengempon Pura Buwit.

Menurutnya, piodalan di Pura Buwit berlangsung setiap Tumpek Wayang setiap enam bulan sekali. Sangging menceritakan, nama Buwit sendiri berarti pelabuhan. Ini tercantum dalam berbagai Susastra. “Dulu di sekitar pura diyakini menjadi pelabuhan para arya yang datang ke Bali. Sebagai bukti ada gundukan kecil yang ada di tengah pura,” ujar Sangging meyakinkan.

Menurutnya, setiap berlangsung piodalan semua warga Sangging se-Bali datang sembahyang di pura tersebut. “Pura Buwit diyakini sebagai pura dasar Sangging di Bali,” cetusnya meyakinkan.

Renovasi beberapa palinggih di utama mandala pura demikian Sangging dilakukan tahun 2005. “Renovasi belum bisa dilakukan secara penuh. Ini karena faktor biaya. Kita lakukan secara bertahap,” ujarnya.

Yang penting kata Sangging, bagaimana warga Sangging di Bali bisa mengetahui keberadaan pura yang memiliki sejarah yang cukup tinggi. ” Ini ibarat kawitan. Jangan sampai umat tidak mengetahui,” ujarnya.***

http://www.jawapos.com/index.php?act=detail_radar&id=151199&c=94