Canang Sari - Dharmawacana
Topik sebelumnya  Topik selanjutnya
Ida Pandita Nabe Sri Bhagawan Dwija Warsa Nawa Sandhi
 
Tentang: SATYAM, SIWAM, SUNDARAM lanjutan 25
Seri sebelumnya Topik utama Seri selanjutnya 
5 Agustus - 7 September 2003

Rekan-rekan sedharma Yth

Om Swastiastu,

TRIKAYA PARISUDHA. Trikaya parisudha terdiri dari tiga kata Bahasa Kawi yaitu: Tri = tiga, kaya = aktivitas, parisudha = baik/ suci. Jadi Trikaya parisudha artinya tiga aktivitas yang baik meliputi perbuatan (kayika), perkataan (wacika) dan pikiran (manacika).

Perbuatan yang baik adalah:

  1. Ahimsa: tidak membunuh. Pengertian membunuh dalam arti luas adalah menyakiti atau membunuh mahluk hidup tanpa suatu tujuan yang diperkenankan Agama.
  2. Tan mamandung: tidak mencuri, mengambil milik orang lain tanpa ijin, memiliki sesuatu dengan curang, korupsi, dll.
  3. Tan paradara: tidak memperkosa, berzina.

Perkataan yang baik adalah:

  1. Tan ujar apregas: tidak berkata-kata keras, membentak, mengeluarkan kata-kata emosional.
  2. Tan ujar ahala: tidak berkata-kata kotor, memaki, menyeloteh.
  3. Tan ujar pisuna: tidak memfitnah atau menjelek-jelekkan orang lain.
  4. Satya wacana: berkata jujur dan menepati janji.

Pikiran yang baik adalah:

  1. Tan adengkya ri drwyaning len: tidak menginginkan sesuatu kepunyaan orang lain.
  2. Mamituhwa ri hananing karma phala: percaya dengan adanya hukum karma phala.
  3. Masih ring sarwa satwa: sayang kepada semua mahluk.

Permohonan kepada Hyang Widhi agar kita senantiasa dibimbing kearah pencapaian Trikaya parisudha dilaksanakan dengan dua cara yaitu:

  1. Melakukan Puja Trisandhya minimal tiga kali sehari.
  2. Nunas tirtha wangsuh-pada.

Puja Trisandhya adalah puja atau doa yang diucapkan di saat sembahyang, disyahkan berlaku di Indonesia berdasarkan Keputusan Mahasabha VI PHDI Nomor: 1/ TAP/ M.SABHA/ 1991 tanggal 13 September 1991 di Jakarta. Pada bait ke enam berbunyi: OM KSANTAVYAH KAYIKO DOSAH, KSANTAVYO VACIKO MAMA, KSANTAVYO MANASO DOSAH, TAT PRAMADAT KSAMASVA MAM. Artinya: Ya Hyang Widhi ampunilah dosa perbuatan hamba, ampunilah dosa perkataan hamba, ampunilah dosa dari pikiran hamba, ampunilah dosa atas kelalaian (menyimpang dari dharma) hamba.

Nunas tirtha wangsuh-pada berturut-turut dengan

  • memercikkan tirtha di ubun-ubun tiga kali, maksudnya mohon agar manacika baik;
  • meminum dengan tangan tiga kali maksudnya mohon agar wacika baik;
  • meraup (cuci muka dari bawah ke atas) tiga kali maksudnya agar kayika baik.

Semua dilakukan tiga kali maksudnya sebagai simbol kemahakuasaan Hyang Widhi sebagai pencipta (Brahma), pemelihara (Wisnu) dan pemrelina (Siwa) atau dengan aksara suci disebutkan sebagai Ang (A), Ung (U), Mang (M) kemudian menjadi AUM, dan seterusnya menjadi OM.

Di manapun kita (selama masih hidup) nunas tirtha wangsuh-pada, tujuannya sama yaitu memohon Trikaya parisudha.

  • Jika kita nunas tirtha di Pura Dalem, maka kita memohon Trikaya parisudha kepada Dewi Durgha;
  • jika di Pura Desa, memohon Trikaya parisudha kepada Dewa Brahma,
  • jika di Pura Puseh atau Segara, memohon Trikaya parisudha kepada Dewa Wisnu;
  • jika di Jagatnatha, memohon Trikaya parisudha kepada Siwa, Sada Siwa dan Parama Siwa.
  • Jika di Sanggah pamerajan, memohon Trikaya parisudha kepada Bethara-Bethari yang distanakan misalnya Kawitan atau leluhur.

Jadi jika menyimak makna nunas tirtha-wangsuh-pada, tidak ada fanatisme memohon tirtha, di mana saja boleh karena yang dimohon adalah Trikaya parisudha kepada Hyang Widhi, manifestasi-Nya, atau arwah yang sudah disucikan, yang jelas lebih tinggi statusnya dari manusia yang masih hidup. Jika nunas tirtha wangsuh-pada bagi orang yang meninggal dunia atau ketika upacara pitra yadnya, maka tujuannya bukanlah untuk memohon Trikaya parisudha karena orang mati sudah tidak mempunyai kayika, wacika dan manacika. Jadi tujuannya adalah sebagai permohonan panugrahan atau ijin/ pemberitahuan akan melaksanakan upacara. Oleh karena itu memercikkan tirtha kepada layon atau simbolis layon, tidak perlu di ubun-ubun, diminumkan (karena toh tidak bisa minum) atau meraup. Cukup dipercikkan tiga kali saja kearah hulu layon atau kepala.

ASADHA BRATA. Bahasa Kawi, Asadha = 12, Brata = disiplin kehidupan. Jadi Asada brata adalah dua belas jenis disiplin dalam kehidupan yaitu:

ASADHABRATA
1 Dharma taat pada hakekat kebenaran
2 Satya setia pada nusa-bangsa-negara.
3 Tapa mengendalikan diri
4 Dama tenang dan sabar
5 Wimatsarira tidak dengki, iri, serakah
6 Hrih punya rasa malu
7 Titiksa tidak gusar
8 Anasuya tidak bertabiat jahat
9 Yadnya rela berkorban
10 Dana bersedekah
11 Dhrti menyucikan diri
12 Ksama suka memaafkan

(bersambung)

Om Santi, Santi, Santi, Om....

 
 
Ida Pandita Nabe Sri Bhagawan Dwija Warsa Nawa Sandhi
Geria Tamansari Lingga Ashrama
Jalan Pantai Lingga, Banyuasri, Singaraja, Bali
Telpon: 0362-22113, 0362-27010. HP. 081-797-1986-4