Kesenian Bali

KESENIAN BALI
Sub

Sekumpulan alumni STSI - Bali membentuk Arja Muani (Arja Pria) membawa angin segar bagi masyarakat Bali. Di penghujung kelesuan Arja klasik yang mulai memudar, arja muani ini benar-benar dirindukan kehadirannya. Apabila dahulu penonton pulang dari pertunjukan Arja setelah dikuras air matanya karena haru, kali ini mereka pulang terkuras air matanya karena tertawa sepanjang pertunjukan. Di bawah panji Printing Mas, mereka mengocok perut penontonnya dengan humor segar yang tidak habis-habisnya. Keberanian mereka membawakan lakon yang tidak berkiblat lagi pada lakon klasik sekitar Panji, telah mencuatkan kelompok mereka sampai akhir abad XX yang baru lalu. Contohnya seperti lakon Siti Markonah, yang menceritakan seorang pangeran dari Minangkabau, yang jatuh cinta kepada seorang putri dari Madura. Diselingi dialog catur, bahkan panca bahasa yang fasih (bahasa Indonesia, Bali, Madura, Minang, Jawa) menikmati arja modern ini sungguh memukau.

 


Photo: Courtesy of Bali Travel News.

Agenda kami selalu penuh, demikian menurut bapak Kadek Widnyana, dosen STSI, pemeran Mantri Manis dalam arja muani itu. Memang tidak diperlukan pengetahuan mengenai sejarah untuk menikmati arja muani. Keunikan arja yang semua pria itu, juga improvisasi dalam dialog yang terkadang tidak terikat pakem apapun. Sebagian pemain yang memerankan wanita, justeru memikat karena kecantikan wajahnya tetapi sangat canggung dalam tingkah lakunya sebagai wanita. Seringkali justeru inilah yang meledakkan tawa penonton.

Sayang belakangan ini mereka berpisah, atau tidak aktif karena persoalan kepemimpinan saja. Semoga persoalan mereka tidak berlarut-larut, kami merindukan kalian.