PEWARIGAAN       
Sadwara

Siklus enam harian dari wewaran. Ditinjau dari petunjuk harinya, siklus ini rupanya menelaah sifat-sifat buruk yang sedang dominan karena dipengaruhi oleh hawa wewaran ini.

Maksud dari petunjuk ini, agar tindakan kita disesuaikan dengan apa yang sedang terjadi. Agar kita dapat mencegah hal-hal yang dapat merugikan kita, dan kalau bisa memanfaatkannya untuk kemajuan kita. Unsur-unsurnya adalah: 1. Tungleh, 2. Aryang, 3. Urukung, 4. Paniron, 5. Was, 6. Maulu

Tungleh (Tungle)

Tungleh artinya bohong, ingkar

Hari ini banyak ketidak jujuran. Tidak saja kita dikelilingi oleh kemungkinan kebohongan, bahkan kita sendiri pun akan tergoda untuk berbohong. Berbohong untuk kebaikan tentu saja sulit dihindari, tetapi tetap sama saja bohongnya dengan menipu. Bijaksanalah dengan perkataan kita, karena sekali kita berbohong, kita akan dipaksa meneruskan kebohongan dan ingatan kita akan diperas untuk mengingat-ingat kebohongan itu selamanya.

Tungle artinya tidak awet, sementara

Para guru harap maklum bahwa ilmu yang diberikan pada sadwara ini tidak akan meresap di benak muridnya. Para undagi dan pande juga akan menghindari Tungle karena karyanya tidak akan awet. Yang dari kayu akan lekas dimakan rayap, yang dari logam akan lekas dimakan aus dan karat. Tungle juga tidak baik untuk para penyembuh karena penyakit pasien akan kambuh lagi.

Aryang

Aryang artinya lupa.

Pada hari dengan sadwara Aryang kita diingatkan oleh leluhur akan sifat lupa. Bersiaplah terhadap kelupaan dan kepikunan yang sering terjadi pada hari ini. Buatlah catatan pribadi agar tidak terlalu mengandalkan ingatan. Tuliskan pesan dan pengingat jika kita ingin menyampaikan sesuatu kepada seseorang, dengan demikian disamping menolong diri sendiri, kita menolong orang lain juga bebas dari kelupaan. Verba volant, scripta manent. Yang dikatakan akan terlupakan, tetapi yang dituliskan akan abadi.

Aryang juga berarti kurus

Petani dan peternak akan menghindari hari ini kalau mau membeli atau menanam bibit. Dikhawatirkan bibit itu, baik hewan maupun tanaman tidak akan berkembang baik sesuai keinginan. Jadi di samping memperhatikan dewasa ayu dan pewarigaan lainnya, sadwara ini perlu dijadikan pertimbangan utama.

Urukung (Wurukung)

Urukung artinya ceroboh, tidak hati-hati.

Hari dengan sadwara Urukung mengandung sifat kecerobohan. Ceroboh, atau kealpaan adalah akibat dari berkurangnya kesadaran terhadap keadaan sekitar. Kesalahan-kesalahan akan sering terjadi hari ini, kebanyakan karena ketidak sengajaan. Kecelakaan merugikan tidak hanya diri sendiri tetapi juga orang lain atau kerabat. Semuanya hanya bisa dikurangi dengan kehati-hatian, tidak bisa dicegah karena karma akan selalu menentukan. Kurangi bermain dengan risiko dan hindarilah tindakan yang menyerempet bahaya. Hati-hati di jalan.

Wurukung artinya punah atau musnah.

Hari dengan sadwara Urukung ditunggu-tunggu oleh para peternak dan petani untuk membasmi hama atau pengganggu ternak dan tanaman (nangluk merana). Apa pun yang diharapkan agar tidak mengganggu lagi kehidupan kita, bisa dilakukan pada hari ini, seperti misalnya membasmi sarang nyamuk atau tikus rumah. Tetapi jangan dipakai untuk mengobati pasien, bisa-bisa pasiennya tidak bisa diselamatkan.

Paniron

Paniron artinya tiruan atau palsu.

Hari dengan sadwara ini bisa dipenuhi kepalsuan, mungkin bukan akibat kebohongan, tetapi pikiran kitalah yang memandang semuanya hingga nampak seperti lebih baik dari yang sebenarnya (fatamorgana). Hari ini bisa dimanfaatkan oleh para penjual yang pandai membius calon pembelinya dengan barang dagangannya. Bagi calon pembeli agar waspada dan meneliti lebih seksama dulu untung ruginya, sebelum membeli atau menentukan pilihan. Pertimbangkan dengan cermat, karena hal-hal yang nampaknya baik, bisa saja merugikan, cicilan yang nampaknya kecil namun akibatnya menjadi beban berat di kemudian hari.

Paniron juga berarti gemuk.

Kalau kita pengusaha dan mengharapkan hasil yang lebih besar, inilah hari yang ditunggu-tunggu. Investasi Anda akan menghasilkan panen yang paling menguntungkan. Siasati hari ini dengan kehati-hatian membeli sesuatu yang konsumtif, tetapi jangan takut menanam bibit atau modal karena hasilnya akan sangat baik.

Was (Waas)

Hari kekhawatiran

Was artinya khawatir, gelisah, gundah tidak menentu. Perasaan khawatir tidak bisa dihindari sering kali menyelinap hadir pada saat-saat kita memerlukan ketenangan dan keyakinan diri. Hari ini, seperti juga sadwara was yang berulang tiap 6 hari, entah kenapa, menurut leluhur, kita dikaruniai perasaan khawatir yang berlebihan. Kalau hal ini kita sadari, kita bisa mengupayakan lebih banyak berdoa serta kepasrahan, astungkara: kekhawatiran akan menipis dan bahkan lenyap. Terutama kalau kita menyediakan waktu untuk bermeditasi barang sejenak. Kekhawatiran jangan dilawan, tetapi belokkanlah rasa itu menjadi permohonan agar Tuhan berkenan menjaga keselamatan setiap umat-Nya.

Hari kesembuhan

Waas yang artinya sembuh atau waras. Untuk para penyembuh hari ini baik untuk membuat ramuan obat yang manjur. Jangan lupa sertai dengan doa tulus untuk kesembuhan pasien memohon kesaktian Ida Sang Penyembuh Abadi.

Maulu (Mawulu)

Hari pitam

Diibaratkan hewan berbulu yang tidak mengenal idep, hari ini harinya pitam, di mana bayu dan sabda menjadi dominan dan sulit dikendalikan. Pada hari ini kita lebih cepat naik darah, cepat marah dan cepat kehilangan kesabaran jika dibandingkan dengan sadwara yang lain. Orang searif apapun tidak bebas dari kemarahan namun cara menghadapinya bisa dibedakan dengan mereka yang lemah kendali. Saat kemarahan tiba-tiba datang, hal terbaik untuk dilakukan adalah berusaha untuk berdiam diri dan mendinginkan hati, misalnya dengan berjapa. Psycholog menganjurkan kita menahan diri dengan berhitung sampai sebelas (olas/ welas), begitu kemarahan itu datang menyergap. Inilah pemadaman kemarahan dengan cara idep, khas manusia. Namun kalau terpaksa menumpahkan kemarahan, pilihlah jalan sabda, dengan mengusahakan kata-kata yang teduh dan mendinginkan hati untuk memarahi. Jangan sekali-kali menunjukkan kemarahan melalui fisik atau bayu, karena dengan demikian beteng pertahanan kita melawan kemarahan dari dalam sudah tumbang dan sulit dikendalikan. Tumpahan kemarahan jarang sekali bisa memperbaiki keadaan. Mari belajar mengampuni, kendalikan bayu, sabda, dan idep.