PEWARIGAAN       
Saptawara

Tidak perlu dijelaskan panjang lebar karena sudah mendarah daging dalam hati kita. Tetapi.. baiklah. Siklus tujuh harian dalam wewaran, yang anggotanya adalah: 1. Redite (Minggu; Jw: Akad), 2. Soma (Senin; Jw: Senen), 3. Anggara (Selasa), 4. Buda (Rabu, Jw: Rebo), 5. Wrespati (Kamis, Jw: Kemis), 6. Sukra (Jumat; Jw:Jemuwah), 7. Saniscara (Sabtu, Jw: Tumpak, Setu). Konon nama dan sifat-sifatnya diambil dari nama benda-benda langit.

1 radite-raditya: matahari (eng: sun-day; fr: di-manche) çoca (serba beruas).
2 soma: bulan (eng: moon-day; fr: lun-di) bungkah (umbi-umbian).
3 anggara: mars (eng:tues-day; fr: mar-di) godong (sayuran).
4 budha: merkurius (eng: wednes?-day; fr: mercre-di) bunga-bungaan.
5 respati-bagaspati: jupiter (eng: thurs-day; fr: jeu-di) biji-bijian.
6 sukra: venus (eng: fri-day; fr: ven-di atau vendre-di) buah-buahan.
7 saniscara: saturnus (eng: satur-day; fr: satur-di) pager, turus.
Redite

Sifatnya seperti surya. Terang terus dan terus terang (seperti iklan). Memberikan penerangan dan kehangatan tanpa menuntut pembalasan.

Berceloteh tentang hari Minggu selalu seru, hari yang ditunggu-tunggu. Paham barat menyebabkan hari ini menjadi hari libur. Padahal tradisi kita di Bali, sebagai bangsa agraris, tidak ada hari libur walaupun konon banyak yang mengolok-olok Bali artinya "Banyak Libur". Hahaha ... Padahal bagi kita, saat untuk berhenti bekerja adalah saat beryadnya, setelah yadnya kembali bekerja lagi. Begitu kan?

Disebut Raditya atau Redite, artinya matahari, termasuk saptawara, artinya berulang setiap tujuh hari tanpa kecuali. Baik musim hujan, musim kemarau, berganti tahun, tetap berulang dalam daur tujuh hari. Tidak pernah set-back dan tidak pernah di-reset. Hari ini para petani menanam tanaman beruas atau berbuku, seperti tebu, bambu, sirih, dan sejenisnya. Sesuai sifat sang mentari, hari ini kita belajar memberikan pencerahan, sinar terang yang tidak menuntut balas, selalu tepat janji walau dihalangi awan dan mendung.

Raditya dilambangkan dengan warna putih, dijaga Hyang Iswara dari arah timur karena timur adalah arah terbitnya sang mentari. Kalau hari ini kita memilih warna putih, misalnya warna pakaian, maka sari-pati kebaikan dari hari ini akan meresap ke aktivitas apa pun yang kita lakukan. Karena itu, buat yang bingung memilih warna pakaian, ayo kita pilih baju putih...

Soma

Sifatnya seperti bulan. Berubah-ubah, menghanyutkan perasaan, indah. Melankolis.

Di Bali hari ini disebut Soma. Soma menurut kamus Zoetmulder artinya bulan. Jadi tidak heran banyak bangsa menyebut hari ini dengan Monday, Maandag, Lunedi, Lundi, Montag, yang semuanya mengacu ke "harinya bulan". Mungkin harusnya kita jadi romantis, sendu, melankolis, persis seperti perasaan saat memandang sang Candra di malam sunyi.

Soma atau Senin, ditandai oleh leluhur kita sebagai hari berubah-ubahnya perasaan. Digambarkan sebagai buih di ujung ombak yang hilang timbul, tergulung-gulung kesana-kemari, tak tetap dan tak diam. Begitulah perasaan kita hari ini. Betul tidak?

Sesuai sifat bulan kita diperbolehkan menyinari kegelapan, tidak harus menyilaukan, cukup dengan pantulan sang surya, dan yang penting: sesuaikan dengan kemampuan kita. Bukankah bulan juga mengalami masa benderang, masa temaram bergilir secara tetap? Namun itu tidak perlu menyurutkan keinginan untuk memberi cahaya kepada sekitar kita.

Hari ini para petani membibit atau memanen bungkah atau umbi-umbian.

Soma dilambangkan dengan warna hitam atau warna kelam seperti indigo, ungu, abu-abu kelam. Dijaga oleh Hyang Wisnu dari arah Utara, yang entah kenapa selalu digambarkan di puncak gambar mata angin. Beliau membawa cakra yang melambangkan perputaran segala hal di alam semesta. Tiada yang abadi selain perputaran itu sendiri. Yang belum menentukan warna pakaian, yuk hari ini kita pakai pakaian hitam ...

Anggara

Sifatnya seperti api. Mungkin betul juga seperti Mars, dewatanya peperangan. Panas, membara, mempralina, membasmi, meluluhkan segala sesuatu.

Hari Selasa disebut Anggara. Hari ini hawanya panas dan meranggas. Seperti ranting yang kering dan merana. Sedikit saja tertiup angin, ia patah karena rapuh. Rasa lelah cepat sekali datang, meski nampaknya pekerjaannya biasa-biasa saja. Sayangnya jarang yang akan menghargai, apa lagi memuji hasil kerja kita nanti. Para seniman terancam kehilangan inspirasi. Para rohaniwan terancam kehilangan kesabaran.

Tapi itulah yang dkatakan pustaka lama. Tetapi jangan berputus asa. Banyak jalan menuju ke Roma. Petani yang arif memusatkan perhatiannya kepada tanaman yang menghasilkan daun, karena tidak ada bunga dan buah yang bermutu hari ini. Seniman yang arif menata sanggarnya, inspirasi bisa datang lain hari. Niagawan yang arif menelepon teman-teman lama saling memberikan dorongan, saat bisnis jatuh lesu hari ini.

Anggara dilindungi oleh Hyang Rudra di arah barat daya, berbendera jingga memegang moksala. Jinga adalah campuran merah dan kuning, sekarang kita menyebutnya orange atau oranye. Moksala adalah semacam bumerang, yang akan kembali lagi kalau dilemparkan dengan teknik tertentu. Peringatan kepada kita untuk tidak sembarangan mengumbar kemarahan karena akan kembali kepada kita tidak kalah menyakitkannya.

Agar terlindung oleh kesaktian Rudra, kita pilih warna jingga hari ini. Setuju?

Buddha

Sifatnya seperti bumi. Diam, tenang, berwibawa, menyangga, memuat segala sesuatu, menerima dengan rela.

Saptawaranya Budha atau Rabu. Arti kata Budha dalam bahasa sanskerta adalah planet Merkuri (Zoetmulder), sedangkan Buddha (dengan da dan dha madu) di samping berarti nama sebuah agama juga berarti Hyang Mahadewa.

Tepat sekali karena hari Rabu dilindungi Hyang Mahadewa dari arah barat. Budha dilambangkan dengan warna kuning. Hari ini kita dilingkupi perasaan tenang seperti di rumah sendiri. Seolah tidak ada gejolak dan kejutan, hanyut dan ngelangut seperti bayi yang tidur dalam buaian. Hari ini baik untuk menanam bunga-bungaan, membuat puisi, menggubah lagu, menikmati rutinitas, meditasi, melukis, dan mengerjakan hal-hal yang membutuhkan ketenangan.

Seperti warna hari Rabu, mari kita memilih warna kuning sebagai raja di hari ini.

Wrespati

Sifatnya seperti halilintar. Menakutkan, mengerikan? Sepertinya seharusnya menjadi hari pendek karena halilintar juga lambang kecepatan. Lambang PLN juga.

Wrhaspati adalah nama seorang bhagawan di alam para dewa. Dalam bahasa Sanskerta artinya adalah planet Jupiter (Source: P.J. Zoetmulder). Nama saptawara setelah Buddha adalah Wrhaspati, dieja dalam aksara Bali sebagai Wrahaspati. Sering diucapkan sehari-hari sebagai Respati.

Hari ini sifatnya seperti halilintar. Serba kilat, yang tidak cepat akan kecewa karena ketinggalan. Segala yang kita kerjakan serasa lamban dibandingkan sekeliling kita yang terburu-buru. Apa yang kita harap akan bisa dilihat atau dinikmati tiba-tiba berakhir seperti sekejapan mata. Cepat sekali. Untuk petani, ini harinya wija, atau biji-bijian seperti beras, jagung, kedelai, gandum, dan sejenisnya. Hari ini dalam lindungan Hyang Maheswara, atau Hyang Mahaiswara di mana beliau berada di arah tenggara atau gneyan. Beliau membawa panji berwarna dadu atau merah jambu (pink) dan menggenggam dupa yang menyala. Cepat lakukan pekerjaan kita, cepat sampaikan doa kita, mumpung dupa masih menyala dan hidup berjalan secepat halilintar.

Ayo cepat pilih merah jambu sebagai warna hari Kamis ini sebelum ketinggalan.

Sukra

Jumat dalam bahasa Bali disebut Sukra. Menurut bahasa asalnya (Sanskerta) sukra mempunyai tiga arti. Sperma, planet Venus, dan Jumat. Menurut lontar, saptawara Sukra sifatnya seperti air. Mendinginkan yang panas, menyegarkan yang gerah, tetapi kalau melanda bisa memusnahkan segalanya. Secara harafiah hari ini mengingatkan kepada kita betapa maha-pentingnya lingkungan, Venus melambangkan air, untuk dijaga kelestariannya, sperma melambangkan kesuburan sebagai sumber kesejahteraan. Untuk petani hari ini dikenal sebagai harinya buah-buahan.

Secara simbolis hari ini menyejukkan, baik dari segi aura, suasana, spiritualitas, hubungan antara sesama ciptaan Tuhan, tetapi ... juga bisa menenggelamkan yang tidak pandai berenang. Berenang, arti praktisnya menjaga keharmonisan dengan lingkungan.

Hari ini dijaga oleh Hyang Sambhu dari sudut timur laut (ersanya), sekaligus Hyang Sankara dari barat laut (wayabya). Hyang Sambhu membawa panji berwarna biru dan sebuah trisula, sedangkan Hyang Sankara membawa panji berwarna hijau dan sebuah angkus. Warna birunya sangat relevan dengan air di lautan, trisulanya mengingatkan kita disiplin ber-trisandhya agar tidak tenggelam. Hijau relevan dengan kesuburan, sedang angkus adalah tongkat pendek berkait yang biasa dipergunakan untuk mengendalikan seekor gajah.

Mau kesejukan Sukra mengalir di hidup kita? Pilih busana berwarna biru atau hijau tiap Sukra...

Saniscara

Sabtu di Bali disebut Saniscara. Sifatnya seperti angin. Meniupkan kesejukan, kesegaran, atau helaan nafas yang dalam. Menurut bahasa asalnya, Sanskerta, kata ini berasal dari kata sana-iscara, artinya ada tiga, 1. planet Saturnus, 2. bergerak perlahan, dan 3. Sabtu. Menurut lontar wariga, saptawara Saniscara ini dijiwai ketenangan, kesenduan, pengharapan, dan pembaruan. Tidak bisa dipungkiri bahwa di era modern ini kita rata-rata mencintai Saniscara karena esok adalah hari libur. Pengaruh budaya barat juga menyebabkan hari ini dijadikan hari yang pendek. Tetapi, apakah hari ini akan tetap dicintai seandainya panjangnya tetap sama dengan hari yang lain dan esoknya bukan hari libur?

Sekali lagi menurut wariga, hari ini segalanya bergerak sangat lamban. Kadang-kadang membuat kita tidak sabar lagi. Petani malah tidak boleh menanam atau memetik apa-apa hari ini, hanya boleh menyiangi tanaman atau membuat dan memperbaiki pagar, pematang, saluran air, dan sebagainya.

Saniscara dijaga oleh Hyang Brahma dari arah selatan. Hyang Brahma berpanji merah, ada gada di tangannya. Hyang Brahma adalah dewa pencipta, dewanya dapur dan perapian untuk para pande logam. Seperti ibu menciptakan makanan di dapur, segala sesuatu diciptakannya dengan seksama, dibentuk, ditempa dengan gada, tanpa terburu-buru. Dari situ lah sifat helaan nafas dan angin segar itu datang. Pantasnya warna merah kita jadikan warna favorit di hari Saniscara ini. Setuju?