Babad Buleleng (versi 2)
 

Isi Singkat Babad Buleleng.

Pulau Bali diperintah oleh Dalem Gelgel di bawah pemerintahan Dalem Anom Sagening. Prameswari beliau dari Desa Manggis bernama I Dewa Ayu Manggis yang kemudian menurunkan Raja Gianyar, dan putranya itu adalah Dalem Di Made.
Ida Dalem Sagening mengambil hambanya yang bernama Ni Luh Pasek. Karenanya Ni Luh Pasek mempunyai ciri-ciri gaib pada air seninya yang bersinar telah diketahui oleh Dalem. Dalam hal ini tak diceritakan lahirlah Ki Barak Panji. Waktu lahir Ki Barak diserahkan kepada Ki Patih Jelantik Bogol demi menghindari kekeruhan di dalam istana. Begitu juga permaisuri Ki Patih Jelantik mempunyai anak yang bernama I Gusti Jelantik Brangsinga. Setelah berumur 12 tahun Ki Barak disangsikan oleh permaisuri Ki Patih Jelantik, maka dikembalikan/ dihaturkan Ki Barak kepada Dalem. Ida Dalem Sagening merasa kawatir dengan kekuatan gaib Ki Barak, dengan jalan halus diutus Ki Barak menguasai/ memerintah di Den Bukit.
Dalam perjalanan Ki Barak ke Den Bukit diiringi oleh rakyat Dalem yang bernama Taruna Goak sebanyak 40 orang yang lengkap dengan perlengkapannya. Setelah sampai di Bukit Mejan Ki Barak mohon air dari kerisnya Baru Semang, karena rakyat beliau kehausan. Dengan memancarnya air itu. Yang kini disebut dengan Toya Katipat. Sedang asik Ki Barak bersama pengiringnya menikmati membuka perbekalannya, tiba-tiba datang Ki Panji Landung seraya mengangkat ke atas sampai Ki Barak dapat melihat sekeliling wilayah. Sejauh pandangan Ki Barak ketika diangkat itu adalah merupakan daerah wilayahnya kelak.
Dilanjutkan perjalanannya menyelusuri bukit yang memanjang dan turun melewati Desa Sawan, Menyali, terus ke Sinabun dan akhirnya sampai di Pantai Sangsit yang pada saat itu diserang oleh ikan lele. Hal ini dapat dibantu dan diselamatkan dari bahaya, lalu melanjutkan perjalanan sampailah di Pura Penimbangan yang mana terlihat orang berkerumun melihat kapal yang sedang terdampar, Dengan hal ini Ki Barak dapat membantunya dengan kekuatan dari keris pusaka Ki Baru Semang, Dengan jasa dari Ki Barak, maka kapten kapal itu memberikan 2 pasang Gong yang bernama Ki Sekar Gadung dan Ki Sekar Sandat. Dengan kegaiban dari Keris Ki Barak, Pungakan Gendis menjadi iri hati dan menantangnya untuk berperang. Dalam perselisihan ini Pungakan Dangdang Gendis meninggal di atas kudanya, Selanjutnya anak Ki Dangdang Gendis diperistri oleh Ki Barak yang bernama Dewa Ayu Juruh. Setelah Ki Barak tahu dengan kekuatannya, lalu mendirikan istana di Panji. Dalam perkawinan ini lahirlah 4 orang putra dan seorang putri yang bernama I Gusti Ayu Sakti dipersunting oleh Ida Dewa Agung Nyalian. Di samping itu juga Ki Barak Panji mengambil gadis di Den Bukit yang menurunkan I Gusti Wayan Padang dan I Gusti Made Banjar.
Setelah lama di Den Bukit, juga untuk memperluas daerahnya, maka istana kerajaan dipindahkan ke Sukasada. Dari Sukasada lah beliau memperluas wilayahnya dengan menaklukkan kerajaan di Bondalem di bawah I Gusti Mandala, kemudian menyerang I Gusti Jambe Pule di Badung serta mengambil putrinya yang selanjutnya menurunkan I Gusti Alit Oka dan I Gusti Made Padang. Juga penyerangan berikutnya ke Batur dan mengalami kemenangan, Oleh karena wilayahnya bertambah luas, maka istana kerajaan dipindah diperluas sampai ke Buleleng dengan gelar I Gusti Panji Sakti.
Diceriterakan I Gusti Panji Sakti membantu Raden Mas yang berselisih dengan Sultan Agung (Kerajaan Mataram) dengan diutusnya Taruna Goak yang dipimpin oleh putranya yang bernama I Gusti Danudresta. Tetapi dalam hal ini I Gusti Panji Danudresta mengalami kegagalan dan meninggal, maka I Gusti Panji Sakti mengamuk datang ke Blangbangan hingga Sultan Agung tidak dapat berkutik, dengan demikian sebagai tanda kemenangan I Gusti Panji Sakti, Pakubuwono menyerahkan rakyat yang beragama Islam, bersama seekor gajah yang kini adanya Desa Pegayaman.

Diceriterakan Gelgel mengalami keributan, I Gusti Jelantik minta bantuan kepada I Gusti Panji Sakti untuk menjaga keamanan di istana. Pada keributan ini I Gusti Ngurah Dukut Kreta dibunuh dan Kiyai Agung Maruta lari kucar-kacir. Setelah aman I Gusti Panji Sakti kembali ke Buleleng. Juga Ki Panji Sakti dapat membantu Adipati Cakraningrat raja Madura yang berselisih dengan Bupati Surabaya. Kemudian I Gusti Panji Sakti menyerang Mengwi karena Raja. Mengwi tidak mau menerima lamaran beliau untuk mempersunting adiknya yang bernama I Gusti Ayu Rai. Dalam penyerangan ini Mengwi mengakui keunggulan I Gusti Panji dan adiknya diserahkan. Selanjutnya lahirlah I Gusti Ayu Panji, I Gusti Ayu Panji menurunkan I Gusti Ayu Rai, dan diperistri oleh I Gusti Agung Anon yang nantinya menurunkan keturunan di Kapal.
Juga I Gusti Panji Sakti menyerang raja Gianyar, yang menyebabkan terbunuhnya Gajah tunggangan Ki Barak itu, Setelah I Gusti Panji Sakti moksa, lalu digantikan oleh putranya yang bernama I Gusti Panji Gede, yang. dulunya memerintah di Blangbangan. Karena I-Gusti Panji Gede kembali lie Sukasada, pemerintahan di Blangbangan diserahkan kepada Pangeran Mangku Ningrat, I Gusti Panji Gede menurunkan I Gusti Ayu Rawit diambil oleh I Gusti Ngurah Panji Bali. Dalam perkawinan ini lahirlah 1 Gusti Ngurah Jelantik, I Gusti Ngurah Panji berkedudukan di Sukasada, dan I Gusti Ngurah Jelantik berkedudukan di puri Buleleng. Dalam perselisihan I Gusti: Ngurah Jelantik dengan I Gusti Ngurah Panji yang diakibatkan oleh daya upaya raja Karangasem, sehingga dibunuhnya I Gusti Ngurah Panji. Wilayah Buleleng sebagian dikuasai oleh I Gusti Karang sebagai hadiah dari I Gusti Ngurah Jelantik. Dalam kesempatan ini I Gusti Ngurah Karang terbunuh oleh seorang Mandar, Digantikan oleh putranya yang bernarma I Gusti Ngurah Pahang. Pemerintahan I Gusti Ngurah Pahang yang mendesak I Gusti Ngurah Jelantik serta dengan kejam melakukan pembunuhan terhadap keluarga I Gusti Ngurah Panji, sehingga I Gusti Bagus Jobog mengungsi ke Tabanan I Gusti Bagus Celagi bersembunyi di Banjar Bali di rumahnya Haji Yusuf. I Gusti Ayu Jogog bersembunyi di Bontiying dan di situ lah lahir putranya yang bernama I Gusti Ngurah Rai dan I Gusti Bagus Bebed.
Pemerintahan Anak Agung Pahang di Buleleng sangat kasar, sehingga tidak lama memerintah dan digantikan oleh I Gusti Nyoman Karangasem yang berkedudukan di Bungkulan. Beliau menurunkan I Gusti Ketut Jelantik Polong yang berpuri di Puri Kanginan. Selanjutnya Buleleng diserang oleh Belanda, raja Buleleng di bawah Raja Karangasem untuk menggeser I Gusti Jelantik. Atas usul I Nyoman Gempol dari banjar Jawa, diangkat lah I Gusti Ngurah Rai dari Sawan untuk bertahta di Sukasada. Tak lama kemudian terjadi perselisihan maka pemerintahan diserahkan kepada adiknya I Gusti Ngurah Bebed. Begitu juga I Gusti Nyoman. Karangasem diangkat Belanda yang berkedudukan di Puri Kawan dan mengambil istri yang bernama Jro Trena. Oleh karena dalam perkawinan beliau tidak membuahkan keturunan, lalu diangkatnya anak I Gusti Ngurah Bebed yang bernama I Gusti Bagus Panji Tingting dan I Gusti Made Putra Tiblang.
Diceriterakan kembali Ki Gusti Made Rai berputra Ki Gusti Bagus Rai dan Ki Gusti Made Ksatra, Ki Gusti Nyoman Karang, Ki Gusti Ketut Tangi dan masih banyak lagi. Ki Gusti Nyoman Panarungan menurunkan Ki Gusti Bagus Bebed yang berpuri di Sukasada. Keturunan beliau yang berpuri di Bangkang adalah Ki Gusti Made Banjar menurunkan Ki Gusti Ayu Dangin yang diperistri oleh Ki Gusti Nyoman Gunung dari Tukadmungga, Ki Gusti Ayu Mas, Ki Gusti Nyoman Jlantik dan Ki Gusti Made Panji. Ki Gusti Nyoman Banjar menurunkan Ki Gusti Ayu Kompiang Panji Ki Gusti Made ,Selat dan Ki Gusti Ketut Putu. Ki Gusti Wayan Jlantik menurunkan Ki Gusti Putu Gede, Ki Gusti Made Jelantik, Ki Gusti Ayu Nyoman Ayu yang diambil oleh Ki Gusti Nyoman Jelantik, Ki Gusti Ayu Kajeng, Ki Gusti Ayu Rai diambil oleh Ki Gusti Putu Jlantik, Ki Gusti Putu Intaran di Bangkang, Ki Gusti Ayu Ketut Panji diambil oleh Ki Gusti Ketut Putra dari Tukadmungga. Ki Gusti Nyoman Oka menurunkan Ki Gusti Putu Intaran, Ki Gusti Made Celagi, Ki Gusti Nyoman Jlantik, Ki Gusti Putu Gianyar dan Ki Gusti Made Kaler.
Kemudian Ki Gusti Ketut Jelantik berputra Ki Gusti Ayu Kompiang Rai diperistri oleh Ki Gusti Ketut Gede dari Tukadmungga. Kemudian Ki Gusti Putu Batan menurunkan Ki Gusti Ayu Putu Sekar diambil oleh Ki Gusti Ketut Ksatra dari Bangkang, Ki Gusti Ayu Made Jlantik diambil oleh Ki Gusti Made Celagi.

Nama/ Judul Babad :
Babad Buleleng
Nomor/ kode :
Va. 4491, Gedong Kirtya Singaraja.
Koleksi :
I Ketut Ginarsa.
Alamat :
Banjar Paketan Singaraja.
Bahasa :
Jawa Kuna bercampur Bali.
Huruf :
Bali
Jumlah halaman :
40 lembar
Ditulis oleh :
Balai Penelitian Bahasa Singaraja.
Colophon/ Tahun :
 
Kalimat awal :
Awighnam astu. Pranamian sira dewam, bukti mukti i tarta ya,
prawaksia tatwa wijnyayah brahmanem Ksatriadih, pataye swarah.
Kalimat akhir :
Kunang Ki Gusti Ngurah Ketut Jlantik uryaning Ratuning Buleleng
ring kaping untat, presida turuhaning pura Kubutambahan, ana
wijanira stri sawiji, sang anama Ki Gusti Ayu Kompiang, inalap
makastri de Ki Gusti Made Singaraja ring Singaraja.