Babad Dalem (versi 6)
 
Isi Singkat Babad Dalem

Kata pendahuluan penulis, dengan memanjatkan doa ke hadapan Tuhan yang Maha Kuasa, agar karyanya berhasil, dan memohon, agar panjang umur serta kesentosaan sampai turun-temurun.
Dari riwayat Raja Bali yang garang. Lahirnya Sri Masula-Masuli, sampai dengan takluknya Bali oleh Majapahit, dengan tertawannya Ki Pasung Grigis. Sri Maharaja Kepakisan sebagai raja Bali, dengan pakaian kebesaran dan keris Si Ganja Dungkul. Para Arya yang membantu raja Bali, Arya Kanuruhan, Arya Wangbang, Arya Kenceng, Arya Dalancang, Arya Belog, Arya Pangalasan, Arya Mangor, Arya Kutewaringin. Kemudian datang Arya Gajah Para bermukim di Toya Anyar. Datang pula tiga orang Wesya: Tan Kober, Tan Kawur, dan Tan Mundur, Keamanan di Bali belum terjamin baik. Timbul pemberontakan di desa-desa Bali Aga. Raja Kepakisan hampir kembali ke Jawa. Tidak diijinkan oleh Gajah Mada.- Diberikan hadiah pakaian kebesaran dan keris Si Lobar. Setelah raja Kalagemet wafat oleh Tanca, di Majapahit diselenggarakan suatu sayembara untuk mendapatkan suami dari para putrinya. Kemudian lahir Sri Hayam Wuruk Arya Tular atau Smara Kajantaka). Dipuji oleh Danghyang Asmaranata. Riwayat meninggalnya Maha Patih Gajah Mada di tengah Samudra. Sri Maharaja Kepakisan ( I: Dewa Wawu Rawuh );. telah wafat . Digantikan oleh putra yang sulung, I Dewa Samprangan. Tidak mampu mengendalikan pemerintahan karena terlalu gemar bersolek, De Bandesa (I Gusti Abyan Tubuh) mencari I Dewa Ketut Ngulesir dan dinobatkan menjadi raja di Gelgel. Rumah De Bandesa dijadikan istana raja. I Dewa Ketut Ngulesir membalas jasa masyarakat Pandak, dan sebaliknya menghukum Mekel Klungkung dengan tugas tukang jamban.

Sri Hayam Wuruk di Majapahit, mengundang Sri Smara Kepakisan untuk menghadiri yajnya yang diselenggarakan di Majapahit. Diceritakan dengan panjang lebar tata menerima utusan, dan pemberangkatan ke Majapahit, dan keadaan Majapahit, akhirnya Sri Smara Kepakisan memperoleh hadiah sebilah keris yang terkenal dengan nama Ki Bangawan Canggu. Setelah Hayam: Wuruk wafat, Majapahit mengalami kemunduran. Yajnya adipati Madura, berhasil berkat kesaktian seorang Taps Rare, bernama Jangganing Kayu Manis, Sri Smara Kepakisan (I Dewa Ketut Ngulesir) -hendak disucikan (Podgala) mengundang Brahmana ke Keling. Sang Brahmana tiba di Gelgel setelah lulus dari ujian Hyang Mahadewa di Gunung Agung (Wasuki Parwata). Upacara "Padiksan" dapat diselenggarakan. Dalam masa pemerintahan Dalem Waturenggong, sebagai seorang raja yang besar dan amat berwibawa. Para menteri yang lama diganti oleh para putranya. Kisah Danghyang Nirartha dan putra-putranya • sampai dengan pindah ke Bali, sampai di Gading Wani, kemudian di Mas. Raja Gelgel mengutus I Gusti Dawuh Dale Agung untuk menjemput Danghyang Nirartha. Langsung I Gusti Dawuh Bale Agung di-diksa di Mas. Danghyang Nirartha pergi ke Gelgel bersama I Gusti Dawuh dan langsung ke Padangbai, berjumpa dengan Dalem Watu Renggong, keesokan harinya mereka ke Gelgel. Catatan tentang karangan-karangan Danghyang Nirartha dan I Gusti Dawuh Dale Agung. Dalem Waturenggong melamar putri Brangbangan, gagal. Terjadi peperangan antara Bali dengan Brangbangan. Bali dipimpin oleh Ki Patih Ularan. Sri Juru dipenggal, Dalem murka, dan memerintahkan Patih Ularan agar bermukim di luar kerajaan. Dalem Waturenggong di-diksa oleh Danghyang Nirartha atas restu Danghyang Angsoka. Datang Mpu Astapaka ke Dali. Mulai mengadakan yajnya api Serangan dari luar Bali semua gagal, karena kesaktian raja; terbukti dengan peristiwa di Kelahan. Bali menguasai Nusa Penida, Sumbawa, Brangbangan, Puger, Pasuruhan. Mataram tetap bermusuhan, Datang misi agama Islam untuk mengislamkan raja, namun tidak berhasil. Dalem Waturenggong wafat. Tinggal putranya dua orang, belum dewasa. I Dewa Pembayun dan I Dewa Seganing. Penjelasan, bahwa I Dewa Gedong Arta dan lainnya adalah putra Sri Aji Tegal Besung, Pan Sri Aji Tegal Besung adalah putra Sri Aji Wawu Rawuh. 11-7 1 Dewa Pembayun menggantikan Dalem Waturenggong. Timbul ketidakpuasan Kryan Batan Jeruk, kemudian terjadi perebutan kekuasaan oleh I Gusti Batan Jeruk, I Gusti Nginte, I Gusti Kubon Tubuh dan sebagian besar para Arya serta rakyat berusaha menyelamatkan raja. I Gusti Batan Jeruk mengalami kekalahan, I Gusti Nginte tampil sebagai Patih. Dikisahkan tentang para putra Danghyang Nirartha, terutama kesaktian Ida Telaga yang untuk selanjutnya tidak mau dilantik sebagai seorang pendeta, serta percakapan dengan kakaknya dan beberapa buah karyanya, Dalem Bekung didampingi Patih terkermuka Kyayi Nginte, Kyayi Pinatyan, Kyayi Kubon Tubuh. Timbul peristiwa pembunuhan Kyayi Telabah, Kemudian berakibat dengan timbulnya kekacauan di kerajaan Gelgel, gugurnya Kyayi Pande cs. Kyayi Pande mengarang "Nata Murtha" disambung oleh putranya dengan Mretaning Palugon (Çaka 1500 - suwung, sunia, panca, dewa), Ki Dawuh Bale Agung mengarang "Arjuna Pragalba". Dalem Bekung turun tahta digantikan oleh Dalem Seganing. Kyayi Jelantik dikirim ke Brangbangan, terjadi pertempuran di Pasuruhan. Rakryan Jelantik gugur di medan laga. Duka cita raja dapat terhibur dengan lahirnya putra Kryan Jelantik yang diberi nama Kyayi Bogol. Pemberontakan I Gusti Pinatih dapat diatasi oleh Ki Gusti Agung, 148 Patih Agung terkemuka, Kyayi Agung Prandawa dan Di Ler, mereka banyak keturunannya. Seorang putri Kryan Di Ler, menjadi permaisuri Dalem Seganing, Berputra Ida I Dewa Dimade dan Ida I Dewa Anom Pemahyun. Dalem Seganing banyak istrinya dan banyak pula putranya. Dalem Seganing digantikan oleh Ida I Dewa Dimade. Ida Manuaba setelah bertemu dengan I Gusti Mambal, mengobati butanya sampai sembuh, Ida Manuaba, mengarang Bali Sanghara. Juga diuraikan beberapa keahlian beliau, Dilukiskan silsilah I Gusti Ngurah Sidemen Dimade, De Ngurah Batan Nyuh (Ki Jumbuh), terpilih oleh Dalen Di made untuk menjadi Anglurah, Suatu persidangan besar yang dihadiri oleh segenap patih dan para bangsawan serta para brahmana memutuskan untuk menyerang Pasuruhan di bawah pimpinan Kyayi Pacung. Dalem diganggu gagak, lalu mencari tukang sumpit. Terpilihlah anak-anak Ki Pucangan, Ceritera tentang Ki Dukuh Suladri. Sampai dengan lahirnya Pungakan Den Bancingah.. Perebutan kekuasaan oleh Kryan Agung--, Dalem Dimade mengungsi ke Guliang. Kemudian seorang putra Dalem Dimade (Ida I Dewa Agung Jambe) pindah ke Singarsa. Dari sana merencanakan suatu pembalasan merebut kekuasaan dari tangan Kryan Agung, Kryan Agung kalah, lalu Ida I Dewa Agung Jambe bertahta, sebagai raja I.. Kerajaan Klungkung.

Nama/ Judul Babad :
Babad Dalem (versi 6).
Nomor/ kode :
 
Koleksi :
Griya Tengah, Budakeling.
Alamat :
Griya Tengah, Buda Keling, Kecamatan
Bebandem, Kabupaten Karangasem.
Bahasa :
Jawa Kuna.
Huruf :
Bali
Jumlah halaman :
49 lembar.
Ditulis oleh :
 
Colophon/ Tahun :
 
Kalimat awal :
Awighnam Astu Namo Siddhan
Kalimat akhir :
Telas sinurat' dan seterusnya s.d Waka 1748.