Babad Dukuh Suladri (versi 2)
 
Isi singkat Babad Dukuh Suladri

Tersebut Ki Dukuh Suladri mempunyai 2 orang putri yang sangat ayu tinggal di pasraman, suatu ketika datang seorang lelaki yang tak dikenal, tidak tahu asal- mulanya bagaikan kulit bawang yang beterbangan dibawa angin.

Kyayi Jambu Pule, putra Dalem mengadakan penyerangan untuk menuntut keadilan kepada Sri Maharaja Dalem di Gelgel. Tetapi keributan ini dipadamkan oleh Ki Panji Sakti dari desa Den Bukit dengan terbunuhnya Ki Patih Dukut Kerta dan I Gusti Agung Maruti melarikan diri ke Mengwi bergabung dengan Kiyai Jambu Pule.

Setelah keadaan Gelgel aman, diceriterakan pemerintahan Ida Anak Agung Ngurah Made Agung di Manganagara yang meluas sampai ke Brangbangan, Jembrana, Buleleng dan ke Tianyar.

Diceriterakan pemerintahan Sira Arya Kapakisan di Bali, putra dari Sri Aji Jayasaba dan kemenakan dari Sri Aji Jayabaya. Patih beliau bernama I Gusti Nyuhaya yang menurunkan I Gusti Wayahan Patandakan dan I Gusti Asak. I Gusti Wayahan Patandakan menurunkan I Gusti Batan Jeruk, sedangkan I Gusti Asak menurunkan I Gusti Nginte. Disebutkan I Gusti Nginte menurunkan I Gusti Agung, Anom dan I Gusti Kaler yang menurunkan keturunan di Mengwi. I Gusti Kaler mempunyai adik sakit ingatan, lalu dicarikan obat ke rumah Dukuh Wanasara. Entah bagaimana sebab musababnya Pandai Wanasara mengawini adik I Gusti Kaler. Hal ini yang menyebabkan kemarahan I Gusti Agung Anom dan dibunuhnya Pandai Wanasara. Dengan terbunuhnya ini, lalu dikutuknya I Gusti Anom bersama I Gusti Kaler agar pecah bersaudara. Dengan demikian terjadilah kerajaan Buringkit dan kerajaan Kapal.

Kemudian I Gusti Agung Anom kawin dengan I Gusti Ayu Panji Buleleng, yang menurunkan I Gusti Kaler. Kemudian I Gusti Agung Made Agung menerima I Gusti Gede Jelantik dari Karangasem yang mengajak putranya I Gusti Made Penida, I Gusti Dawuh. I Gusti Gede Jelantik inilah yang nantinya memerintah di Mengwi.

Di daerah Tianyar diperintah oleh I Gusti Made Babuhning yang beristana di Sayan serta menurunkan I Gusti Agung Gede Mambal. Kemudian pemerintahan I Gusti Gede Jelantik dari Karangasem di Mengwi ini, datanglah I Gusti Panji Sakti dari Den Bukit membawa lamaran untuk melamar adik beliau. Karena lamaran ini ditolaknya, maka terjadilah peperangan dengan kekalahan I Gusti Gede Jelantik dan adiknya diserahkan kepada I Gusti Panji.

Untuk menjalin kekeluargaan Dalem kepada Raja Buleleng, adik dari I Gusti Panji diambil oleh putra dari I Gusti Agung Anom yang bernama Ida Anak Agung Ngurah Made Agung. Dalam perkawinannya dengan I Gusti Ayu Panji lahirlah putranya yang memerintah di Mengwi.

Tak lama kemudian juga I Gusti Panji Sakti. meminang adik dari Anak Agung Alang Kajeng yang menyebabkan runtuhnya kerajaan Mengwi. Dengan runtuhnya Mengwi Ida Anak Agung Nengah Karangasem kembali lari meninggalkan Mengwi dan kembali ke Karangasem dan sampai meninggal di Desa Subagan. Di situ adik Anak Agung Karangasem diambil oleh Ida Bhatara Lempuyang dan menurunkan putra yang dapat menyerang kerajaan Selaparang.

I Gusti Agung Putu Kapal menurunkan I Gusti Agung Putu Geria dan I Gusti Ketut Agung. I Gusti Agung Putu Kapal menurunkan I Gusti Agung Kapal Guruh yang dipanggil oleh I Gusti Alit Agung Kreta. I Gusti Agung Putu Geria menurunkan I Gusti Agung Wayahan Raka, dan I Gusti Agung Abianbase. Oleh karena I Gusti Agung Abianbase tidak menpunyai keturunan, maka beliau mengangkat I Gusti Agung Rai Beledug dan I Gusti Agung Anom, I Gusti Agung Ketut Contok. Kemudian I Gusti Alang Kajeng meninggal di Desa Batan Balingbing, sedangkan Ida Anak Agung Mbahiun, Anak Agung Made Munggu meninggal di Desa Bun.

Diceriterakan Ida Dewa Agung Made minggat dari kakaknya dan menuju Mengwi dan menurunkan putra 2 orang yaitu I Dewa Gede Kandel dan Anak Agung Putu Mbahiun. Dalam bepergian beliau membawa pusaka berupa keris yang bernama Jangkungelo. Anak Agung Made Raka yang bertempat di Abian Tuwung dan putranya Anak Agung Ayu Putu Agung dikawini oleh Anak Agung Bagus Made Pranaraga dari Sasak. Tetapi tidak lama berkeluarga, lalu menerjuni api unggun dan sampai meninggal. Ida Anak Agung Mbahiun, dan Ida Anak Agung Made Agung tidak mempunyai keturunan, lalu kemenakannya yang bernama Ida Anak Agung Nyoman Mbahiun Geria yang memerintah di Mengwi.

Kemudian Anak Agung Ketut Buleleng datang di Desa Kapal Muncan bertemu dengan I Gusti Agung Dawuh yang nantinya mewarisi I Gusti Agung Bengkel yang bersaudara dengan I Gusti Agung Made Muncan.

I Gusti Agung Nyoman Tangeb menerima I Gusti Agung Geria sampai dengan putranya yang bernama I Gusti Agung Putu Rai dan menurunkan I Gusti Dawuh dan I Gusti Nyoman Kresa.

I Gusti Ketut Rai menurunkan I Gusti Agung Wayahan Kaleran yang kemudian melahirkan I Gusti Agung Kreta. Beliau ini menurunkan I Gusti Agung Alit Reta yang selalu berusaha meluaskan daerah sampai ke Tabanan dan mendirikan istana di Banjar Grang dengan nama Jero Teges.

 

Diceriterakan Ida Anak Agung Ngurah Made Agung kawin dengan Ida Anak Agung Istri Mbahiun, namun tidak mempunyai anak. Kemudian beliau mengambil istri lagi ke Kabakaba yang bernama I Gusti Ayu Rai Teges Arya Belog dan menurunkan I Gusti Agung Ayu Sentak. I Gusti Agung Nyoman Kaler menurunkan I Gusti Agung Made Raka Nemong, I Gusti Agung Alit Badung, I Gusti Agung Ketut Kuta, I Gusti Agung Nyoman Manis, I Gusti Ayu Rakanuk dan I Gusti Ayu Nik. I Gusti Agung Putu Mbahiun menurunkan Ida Anak Agung Putu Mbahiun Pekel, I Gusti Agung Made Oka Ringkus, I Gusti Agung Nyoman Degot, dan masih banyak lagi.

Tersebutlah I Gusti Agung Ketut Dawuh menurunkan I Gusti Made Dangin, I Gusti Ketut Ceteg dan I Gusti Ayu. Caplig. I Gusti Nyoman Kresa menurunkan I Gusti Agung Putu, I Gusti Agung Rai, I Gusti Ketut Tangun, I Gusti Ayu Raka dan I Gusti Ayu Alit.

Dengan putusnya keturunan I Gusti Made Rai, kerajaan Badung dan Tabanan mencoba melepaskan diri sehingga terjadi perang yang sangat hebat dengan terbunuhnya Pedanda Made Buruan dari keturunan Singarsa.

I Gusti Ayu Agung Jugleg dikawinkan dengan raja Ubud yang bernama Ida Cokorda Gede Sukawati yang nantinya membantu memadamkan peperangan dan mengangkat diri menjadi raja menggantikan I Gusti Made Rai.

I Gusti Agung Made Oka Ringkus mengambil istri di Desa Kapal putra dari Ida Anak Agung Alang Kajeng yang bernama I Gusti Ayu Ketut Oka Coklok. Juga beliau mengambil istri di Sempidi yang bernama I Gusti Ayu Muklik serta putri dari I Gusti Agung Gede Rai Jedog dikawininya yang nantinya menurunkan keturunan di Kamasan.

I Gusti Ayu Ketut Sugi diperistri oleh I Gusti Agung Made Repang dan adiknya I Gusti Ayu Kompiang Muklek dikawini oleh I Gusti Agung Putu Muncan Gugung. I Gusti Ayu Lotok dikawini oleh I Gusti Agung Putu Sayan, putra dari I Gusti Belogan dan menurunkan I Gusti Agung Made Banyuning. Kemudian I Gusti Agung Made Banyuning diperistri oleh I Gusti Agung Putu Gede Pegug dan menurunkan I Gusti Agung Banyuning.

Disebutkan I Gusti Ayu Ngurah Ongkel melahirkan I Gusti Agung Gede Agung mendirikan tempat peristirahatan, dan Parhyangan di Desa Abian Semal. Adapun tujuannya adalah untuk tempat pemujaan para leluhurnya.

Juga diceriterakan Sang Manik Angkeran yang kawin dengan putra De Dukuh yang nantinya menurunkan Sang Tulus serta Sang Tulus melahirkan Pinatih. Setelah Manik Angkeran meninggal digantikan oleh Sang Tulus yang menurunkan Sang Penataran. Sang Penataran senang sekali berjudi, maka Dalem memberikan putrinya kepadanya demi Sang Penataran mau berhenti berjudi.

Nama/ Judul Babad :
Babad Dukuh Suladri
Nomor/ kode :
Va. 5185, Gedong Kirtya Singaraja.
Koleksi :
I Ketut Ginarsa.
Alamat :
Banjar Paketan Singaraja.
Bahasa :
Jawa Kuna bercampur Bali.
Huruf :
Bali
Jumlah halaman :
32 halaman.
Ditulis oleh :
Balai penelitian Bahasa Singaraja.