Babad Pasek Kayu Putih Kayu Selem
 
Isi Singkat Babad Pasek Kayu Putih Kayu Selem

Disebutkan oleh pemimpin warga Pasek Kayu Putih Kayu Selem yang bernama I Rereh dari Banjar Belong Desa Sanur Kasiman Denpasar sebagai kedudukan Parhyangan Cikal Bakal beliau. Diceriterakan dari Brahmana Mpu Ketek yang menurunkan Mpu Patih Ulung dan berputra Mpu Arya Langon.
Beliau ini berasal dari Majapahit. Mpu Arya Langon mengambil istri Prameswari dan mempunyai putra seorang bernama Sang Mpu Aji Guru. Di samping itu beliau mengambil selir yang menurunkan I Pasek Gelgel, Pangeran Tangkas, Nyoman Nongan, Ketut Toh Jiwa dan Wayan Cenik Prateka. Keenam putra beliau lah yang mengantar Dalem ke Bali yang bertahta di Gelgel (Linggarsapura).
Diceriterakan Sang Mpu Aji Guru mengambil istri ke Pasuruhan putra Sang Mpu Pande Gandamayung, yang bernama: Ni Biang Prameswari. Kemudian beliau pergi menghadap ke Bali (Gelgel), terlihat olehnya Ki Dalem, Sang Mpu Aji. Guru sedang berteduh bersama istrinya di bawah bunga cempaka putih dan hitam yang tumbuh di halaman istana. Oleh karena itu atas titah Dalem diberi nama Pasek Kayu Putih dan Pasek Kayu Selem. Kemudian Pasek Kayu Selem diberikan tempat di hutan dengan pengiringnya 3.000 orang.

Ketika pemerintahan Dalem di Gelgel yang bijaksana dari Bagus Manik Angkeran dan berputra I Gusti Ngurah Penatih. I Gusti Ngurah Penatih mengambil istri putri dari Ki Dukuh Suladri dari Talangu.
Ketika Dalem memerintah dengan bijaksana, kemudian didatangi oleh Manik Angkeran bersama putranya I Gusti Ngurah Penatih hendak menyerahkan diri. Dalem menerima dengan senang hati, seraya menempatkan I Gusti Ngurah Pinatih di Badung dengan pengiring Warga Pasek Kayu Selem dan Kayu Putih. Setelah beberapa lama kemudian I Gusti Ngurah Penatih mempersunting putri Ki Dukuh Suladri dari Talangu.

Diceriterakan I Gusti Ngurah Penatih diserang oleh Semut yang dikutuk oleh Ki Dukuh, dan begitu juga Ida Padanda Wayan Abian. Ida Padanda Ketut Ngurah mengungsi ke Sanur (Rasanabiawung) dan mengadu kepadanya.
Diceriterakan I Gusti Ngurah Penatih menghadap kepada para Pedanda yang mengungsi di Desa Rasanabiaung yang diiringkan oleh rakyat warga Pasek Kayu Selem dan Kayu Putih sebanyak 40 orang serta memberitahukan keadaannya diserang oleh semut, lalu beliau pindah ke Desa Rasanadesa serta warga Pasek menghaturkan diri. Di situlah beliau mendirikan rumah desa yang bernama Belong Batanpoh. Dari warga Pasek Kayu Selem dan Kayu Putih sebanyak 40 orang berkembang di desa itu. Dengan bertambahnya warga Pasek Kayu Putih Kayu Selem maka dibuat didirikan tempat pemujaan kawitan cakal bakal beliau dari awal di 3 desa kini disatukan. Untuk Desa Rasanadesa, Desa Belong, Desa Batanpoh dibuatkan satu tempat pemujaan, cakal bakal. Hal ini tercantum ketentuan dan adat-istiadatnya dalam Prasasti Kayu Putih Kayu Selem dan Bandesa.
Isi dari Prasasti itu adalah mengenai hubungan kekeluargaan (lelintih), perkerabatan dan larangan - larangannya, ketentuan dalam melaksanakan upacara yajnya, ngaben, ketentuan yang berhak menyelesaikan upacara-upakara, dan kesetiaan terhadap di antara warga.

Diceriterakan pula wejangan- wejangan Dalem dalam pemerintahan di Bali yaitu: agar Ki Pasek memegang pemerintahan demi keamanan, ketentraman, kesejahteraan serta kemakmuran negara.
I Rereh mencatat warganya baik yang berada di tempat asalnya maupun di luar desa. Seperti tercatat warga desa di barat jalan sebanyak 30 orang, di timur jalan 29 orang dan warganya yang ada tinggal di luar seperti di desa Serangan, di Buruan, di Suwung Dukuh, di Panjer, di Dampal dan di Desa Bengkel, Dengan demikian Balian I Rereh menghimbau agar jangan melupakan pemujaan cakal bakal yang berstana di Desa Belong (Taman Sari).
Kemudian di desa Belong terjadi perpecahan akibat dari Desa Belong diperintah oleh putranya yang ada di Sanur, maka menjadi bingung warga Belong, ada yang lari mengungsi ke banjar Kaleran, ke banjar Punggung, ke Macutan dan juga ada yang tetap tinggal di Sanur.
Putra-putra Sang Mpu Aji Guru dari selir adalah I Pasek Gelgel, I Pangeran Tangkas, I Pasek Nongan, I Pasek Denpasar, I Pasek Toh Jiwa dan Pasek Prateka. Putra beliau dari Prameswari ada 4 orang yaitu: I Pasek Pande Denpasar, I Pasek Batudingding, I Pasek Batubelig, I Pasek Bulit, dan I Pasek Batudingding dijadikan anak angkat di Sraya.
Diceriterakan I Pasek Gelgel di Suwecalinggarsapura, menurunkan I Mandesa, lalu menurunkan I Pasek Gaduh dan I Pasek Gaduh menurunkan I Ngukuhin dan I Ngukuhin menurunkan I Kabayan.
Sang Mpu Kuturan memberikan wejangan membuat tempat pemujaan dan memberikan juga ajaran-ajaran kebatinan (kerohanian) yang diwarisi secara turun temurun.

Nama/ Judul Babad :
Babad Pasek Kayu Putih Kayu Selem
Nomor/ kode :
Va. 2261, Gedong Kirtya, Singaraja.
Koleksi :
I Balian Rereh.
Alamat :
Banjar Belong, Desa Sanur, Denpasar.
Bahasa :
Jawa Kuna
Huruf :
Bali
Jumlah halaman :
11 lembar, lebar 4 cm., dan panjang. 50 cm.
Ditulis oleh :
Ketut Kaler, Singaraja
Colophon/ Tahun :