Prasasti Kuramas
 
Isi Singkat Prasasti Kuramas

Tersebutlah keturunan Nararya Kresna Kepakisan dan Para Arya dari Jawa berhasil mendirikan kerajaan Bali.
Adapun yang memerintah di Swecapura adalah Sri Aji Agung Gede yang bernama I Gusti Agung Ngurah Made Agung yang pemerintahannya sampai meluas ke Blangbangan.
Pada waktu turun Sanghyang Ari bersinggasana di Medang Kahyangan, menurunkan Hyang Manu bagaikan Sanghyang Kamajaya.
Beliau menurunkan Sri Dharmawangsa Teguh Ananta Wikrama Tunggal Dewa.
Pada saat pemerintahan beliau Sri Dharmawangsa lahirlah Sri Airlangga yang memerintah di Jawadwipa.
Sri Airlangga melahirkan 2 orang putra Yang bernama Sri Jayabaya dan Sri Jayabaya yang memerintah di Kadiri.
Sri Jayabaya melahirkan Sri Jayakatwang, dan Sri Dangdang Gendis yang gugur dalam peperangan.
Sri Jayabaya menurunkan Sri Aji Kresna Kapakisan , yang datang ke Bali memerintah.
Ida Sri Wahu Dateng memerintah di Samprangan yang diemban oleh 3 orang wesia
seperti Tan Kawur, Tan Mundur, dan Tan Kober.
Kesemuanya ini mengemban beliau mendirikan istana di Nyuhaya dan menurunkan Mpu Kekeran dan Sira Aji Kawyanagara, beliau ini melahirkan I Gusti Ngurah Made Agung.
Setelah meninggal Sri Aji Jaya Katwang, maka Sri Harsa Wijaya mengikuti jejak Sri Jayasaba.
Setelah dewasa Sri Harsawijaya mendirikan kerajaan Wilatikta.
Sesampainya Sri Aji Kresna Kapakisan di Nyuhaya, mempunyai putra 7 orang yaitu Kryan Patandakan, Kryan Satra, Kryan Pelangan, Kryan Akah, Kryan Cacaran, Kryan Kaloping, dan Kryan Anggan.
Ketika beliau pindah ke Sweca Linggarsapura lahirlah seorang putra yang bernama Pangeran Madya Asak yang memerintah di Daerah Kapal yang diambil menantu oleh Kryan Patih Tuwa.
Kryan Nyuhaya digantikan oleh Kryan Patandakan sebagai patih dari Sri Aji Satra Kapakisan di Sweca pura.
Pangeran Madya Asak melahirkan Kryan Dawuh Gusti Nginte, dan putra Pangeran Nginte dibunuh oleh Pangeran Batan Jeruk dalam peperangan.
Diceriterakan putranya I Gusti Agung Kedung dan Kiyai Kalang Anyar, Kiyai Batu Lepang, Kiyai Basang Tamyang Kiyai Karangasem, dan putrinya 3 orang yaitu Ni Gusti Setri Bakas, Ni Gusti Setri Mimba, dan Ni Gusti Setri Kacang Paos.
Ni Gusti Bakas dan Ni Gusti Mimba diambil oleh Sri Agung Pamade.
Setelah Meninggal I Gusti Agung digantikan oleh Kryan Kedung sebagai patih de Sri Agung Pamade dengan nama I Gusti Agung Bekung.
I Gusti Agung Dimade mengambil istri dan Kryan Kalang Anyar dan menurunkan Kryan Batu Lepang dan selanjutnya menurunkan Kryan Buringkit berasrama di Mimba.
I Gusti Agung Dimade setibanya di Kuramas mempunyai lah beliau 3 orang putra yang bernama I Gusti Agung Putu, Ni Gusti Ayu Made yang ketiga I Gusti Agung Anom.
Ni Gusti Ayu Made diambil oleh Sang Pandai Wanasara yang mengakibatkan runtuhnya Sang Pandai.
I Gusti Agung Putu melahirkan I Gusti Agung Cawu yang tinggal di Kuramas, I Gusti Agung Made Agung menurunkan Rahadyan Sangulan, Ni Gusti Setri Ayu Made, tetapi tidak menurunkan keturunan.
Kemudian Sri Aji mengalih dari Swecapura menuju Samprangan dan selanjutnya menetap di Gelgel.
Berkata lah sira Mpu Kekeran kepada Prameswarinya bahwa Sri Aji Kresna Kepakisan di Samprangan menurunkan I Dewa Samprangan, kemudian lahirlah I Dewa Tarukan yang sakit gila, tetapi putranya yang lain menjadi penjudi yang bernama I Dewa Ketut Ngulesir.
I Dewa Samprangan menggantikan tahta kerajaan Samprangan setelah. Sri Aji wafat.
Pada suatu ketika datanglah Kryan Abyan Tubuh dari Gelgel yang diutus untuk mencari I Dewa Ketut Ngulesir.
Keadaan Pangeran Nyuh Aya yang ketika berada Gelgel lahirlah Kryan Patandakan yang ditempatkan di Ka rang Kapakisan Gelgel.

Setelah lama memerintah Sri Aji Watur Enggong moksah lah dan meninggalkan putra I Dewa Pambayun sebagai pengganti beliau.
Dalam pemerintahan I Dewa Pambayun diemban oleh para pepatih sekalian seperti Rakryan Jeruk.
Diceriterakan Sira Kryan Made Asak setelah dijadikan menantu oleh Kryan Patih Tuwa dari Kapal lahirlah seorang putra yang bernama Kryan Dawuh yang kemudian menjadi Kryan Nginte.
Putra beliau ini pada telapak tangannya tergambar Cakra (senjata) yang keanehannya dari telapak tangannya bisa keluar api sehingga tak gentar menghadapi musuh.
Tetapi pada suatu ketika Kryan Batan Jeruk timbul niatnya loba, moha, dan murka yang menyebabkan perang besar di kalangan istana.
Adapun para patih yang masih sayang dan setia kepada Dalem ada 4 orang yaitu.
Kryan Kebon Tubuh, I Dewa Gedong Arta, I Dewa Pagedangan, I Dewa Nusa dan I Dewa Bangli.
Karena lama peperangan ini didengar beritanya sampai di desa Kapal sehingga bersiap siap untuk membawa pasukannya ke Gelgel.
Adalah putra dari Kryan Patih Tuwa yang bernama Kryan Panarungan yang memimpin pasukan sampai di Gelgel, lalu ditangkapnya raja putra serta dipenjarakan oleh Kryan Batan Jeruk.
Dengan ditangkapnya raja putra, kemudian Hyang Anggungan mengamuk di istana bersama Kryan Pande serta Kryan Tohjiwa Kryan Pande dapat dipenggal kepalanya oleh Kryan Manginte, dan Kryan Toh jiwa menemui ajalnya.
Kemudian Kryan Batan Jeruk dikepung dan dibunuh di desa Jungutan, serta Tara putra beliau pindah (rarud) ke desa Batu Aya, Çaka 1407.
Setelah keadaan puri aman, Sri Aji Pambayun / Sri. Aji Bekung mengemban I Dewa Anom Sagening. Dengan kebijaksanaan Kryan Patih keadaan Puri Gelgel menjadi ten tram dan diangkatnya Kryan Dawuh sebagai Pepatih menggantikan kedudukan Kryan Manginte.
Setelah demikian diceriterakan Mpu Kekeran memerintah di Kawyapura menceriterakan perpindahan I Gusti Agung Dimade dari Swecapura sampai di Kuramas.
Diceriterakan Keris Ki Tadah Langlang yang dipegang oleh De Ki Dewagung Mbahiun, diserahkan kepada adiknya I Nglurah Singarsa.
Untuk membela Dalem, Dewagung meminta bantuan kepada I Nglurah Loring Bukit dan Nglurah Nambangan sebab I Nglurah Agung yang membuat keributan di Puri Gelgel. Dengan demikian tewas I Nglurah Agung, yang dibunuh oleh Patih Kyayi Panji Çakti dari Ler Gunung. Dengan ini I Gusti Kaler lari mengungsi desa Jimbaran. Atas usul dari Kyayi Tegeh Kori, agar para putra dari I Gusti Kaler tinggal di desa Kapal.
Diceriterakan Pangeran Kapal meminang putri I Gusti Agung yang mana beliau dapat sakit keras yang diobati oleh Pangeran Kapal, sehingga putrinya diserahkan dan dikawinkan dengan Pangeran Buringkit.
Kemudian Sang Jayeng perang dari Pangeran Buringkit, menderita duka cita memikirkan I Gusti Kaler yang berada di Jimbaran dan disuruh minta bantuan dalam melawan Pangeran Kapal dan sebagai hadiahnya agar rakyat Buringkit jangan lupa kepada keturunan I Gusti Kaler.
Setelah I Gusti Kaler wafat, pindah lah Para putra beliau menyebar, ada ke Karangasem, ada ke Den Bukit dan ada yang ke Mengwi serta ada yang ke Tabanan.
Dan adalah pemberian Sang Wiku berupa bangunan Brahmara Sangupati dan sebuah genta yang bernama si Brahmara kepada I Gusti Agung Made Agung. Tetapi I Gusti Agung Made Agung menjadi marah, lalu Sang Tapini berkata agar mulai sekarang putus bersaudara serta jangan sekali-sekali mengambil keturunan dari I Gusti Agung Putu Agung. Dan bila mana dilanggar terkutuklah, tidak mendapat keselamatan.

Nama/ Judul Babad :
Prasasti Kuramas
Nomor/ kode :
Va. 2337, Gedong Kirtya Singaraja
Koleksi :

Gedong Kirtya Singaraja
Buku saking Puri Gobraja, Singaraja

Bahasa :
Jawa Kuna
Huruf :
Latin
Jumlah halaman :
54 halaman