Canang Sari - Dharmawacana
Topik sebelumnya  Topik selanjutnya
Ida Pandita Nabe Sri Bhagawan Dwija Warsa Nawa Sandhi
 
Tentang: ANCAMAN TERHADAP HINDU DI BALI
 
1 Okt 2003

Rekan-rekan sedharma Yth.

Om Swastyastu,

Topik menarik minggu ini di HD-NET adalah tentang Bali, yang Hindu dan masa depannya. Saya ingin menyampaikan bahwa setiap hari bangun pagi saya merasa takut memikirkan bagaimana masa depan Hindu di Bali, melihat perkembangan dari hari ke hari dari godaan yang bertubi-tubi pada semeton kita Hindu, datang dari berbagai penjuru. Selain Gereja yang tumbuh menjamur, Mesjid/ Mushola yang juga tumbuh menjamur dengan sound systemnya yang melengking sehari lima kali, adanya "pendatang haram" pemulung, tukang bakso, kaki lima, tukang gali, pedagang acungan, wanita penjaga cafe, dll. Siaran TV yang banyak iklannya, VCD, anak-anak SMU yang berbicara dengan teman sesama Bali menggunakan bahasa Indonesia dialek Betawi: nyokap lu, bokap lu, gue sih kagak doyan, dll. sering saya dengar di pilihan lagu di radio, kirim salam antar teman. Kalau mau disebutkan ada ribuan hal yang memusingkan kepala.

Sementara anak-anak muda kita frustasi, cari lapangan kerja tidak ada, pengangguran merajalela, tamat SMU jadi pembantu tukang batu, bikin luluh, ngajang kitakan, mau kuliah tidak punya uang.

Di lain pihak iklan TV menggebu-gebu menawarkan barang-barang mengiurkan anak-anak muda. Ini semua yang bersifat umum.

Yang bersifat khusus, coba lihat:

  1. Para Sulinggih (Pendeta) duduk ayem di Gerianya yang mewah tidak punya jalinan erat dalam pembinaan umat.
  2. Para orang tua tidak mampu mendidik/ mengendalikan anak-anaknya.
  3. Klian Adat tidak melindungi warganya dan menjaga kelestarian desanya.
  4. Awig-awig Desa Adat yang ketat.
  5. Pemerintah belum mengupayakan penertiban penduduk pendatang dengan baik.

Dan banyak lagi yang lain.

Akhirnya saya pikir, ketahanan Hindu hanya bisa berhasil jika dibina dari rumah-kerumah. Ya, mulai dari rumah sendiri: anak-anak, menantu, cucu, kumpi, buyut. Saya jejali mereka dengan Hindu, Hindu, Hindu, sampai masuk ke sanubari yang terdalam. Selanjutnya berkembang ke tetangga, ke Banjar, ke Desa, dan ke Kabupaten. Walaupun pertahanan Hindu di luar lingkungan keluarga tidak bisa se-efektif seperti di dalam keluarga, tetapi setiap langkah, pikiran selalu ingin bagaimana agar mereka sadar bahwa Hindu itu bagus, bahkan terbagus.

Tidak usah menunggu lama-lama, pikir-pikir, wacana-wacana, just do it now ! Kita tidak akan mudah mendapat manfaat dari mengharap Pemerintah turun tangan, mengharap Bendesa melarang berdirinya mesjid/ gereja, tetapi segera PROTECT OUR FAMILY. Itu yang paling efektif bisa dilakukan. Bayangkan saja jika semua kepala keluarga Hindu di Bali bisa melindungi keluarganya sendiri dari "ancaman" maka dapat dipastikan Hindu akan tumbuh, berkembang dan lestari.

Selamat berjuang kawan !

Om Santi, Santi, Santi, Om...

 
 
Ida Pandita Nabe Sri Bhagawan Dwija Warsa Nawa Sandhi
Geria Tamansari Lingga Ashrama
Jalan Pantai Lingga, Banyuasri, Singaraja, Bali
Telpon: 0362-22113, 0362-27010. HP. 081-797-1986-4