Canang Sari - Dharmawacana
Topik sebelumnya  Topik selanjutnya
Ida Pandita Nabe Sri Bhagawan Dwija Warsa Nawa Sandhi
 
Tentang: SATYAM, SIWAM, SUNDARAM lanjutan 23
Seri sebelumnya Topik utama Seri selanjutnya
5 Agustus - 7 September 2003

Rekan-rekan sedharma Yth.

Om Swastiastu,

SAD TATAYI. Sad tatayi adalah bahasa Jawakuno (Kawi), terdiri dari dua kata yaitu: "sad" artinya enam, dan "tatayi" artinya kejahatan. Jadi sad tatayi artinya enam kejahatan yang dilarang Agama Hindu yaitu:

SAD TATAYI
1 Agnida membakar rumah atau milik orang lain, meledakkan bom, termasuk membakar dalam arti kias yaitu memarahi orang sehingga orang itu merasa malu dan terhina.
2 Wisada meracuni orang atau mahluk lain.
3 Atharwa menggunakan ilmu hitam (black magic) untuk menyengsarakan orang lain.
4 Sastraghna mengamuk atau membunuh tanpa tujuan tertentu karena marah.
5 Dratikrama memperkosa, pelecehan sex.
6 Rajapisuna memfitnah

SAD RIPU. Sad artinya enam dan ripu artinya musuh. Maksudnya bahwa disetiap manusia ada enam sifat yang perlu diwaspadai karena sangat berbahaya, jika tidak dikendalikan bisa menjadi musuh yang menghancurkan diri sendiri dan membahayakan orang lain. Semua manusia tanpa kecuali apakah ia berkedudukan tinggi, apakah ia orang biasa, walaka, sulinggih, dll. mempunyai sifat-sifat:

SAD RIPU
1 Kama nafsu
2 Loba serakah
3 Kroda marah
4 Mada mabuk
5 Moha sombong
6 Matsarya cemburu, dengki, irihati

Sad ripu yang merupakan kodrat manusia mempunyai dua sisi (seperti uang logam) yaitu dharma dan adharma. Sad ripu yang adharma dapat merusak kehidupan manusia, tetapi sad ripu yang dikendalikan dan diarahkan ke ajaran dharma akan menjadi motivator untuk kehidupan yang baik. Dalam keadaan ini sadripu yang adharma sudah menjadi sadguna yang dharma artinya enam musuh yang sudah ditaklukkan berubah menjadi enam kekuatan yang berguna bagi kehidupan manusia.

  1. Kama adalah musuh yang nomor satu, karena dari kama-lah datangnya semua penderitaan. Kama adalah nafsu, termasuk keinginan-keinginan sex, berkuasa, kaya, terpandang, dll. Bila manusia mampu mengendalikan kama kearah yang positif ia akan menjadi baik.

    Misalnya nafsu sex itu perlu agar manusia ingin menikah dan berhasil mengembangkan keturunan; tetapi jika nafsu sex berlebih-lebihan manusia akan terdorong untuk mencari kepuasan sex yang mengarah kepada perzinahan. Nafsu berkuasa akan berdampak buruk bila kekuasaan digunakan untuk kepentingan diri sendiri, kelompok atau golongan; nafsu berkuasa berdampak positif bila kekuasaan digunakan untuk mensejahterakan manusia dan alam.

    Nafsu menumpuk kekayaan berakibat negatif bila kekayaan diperoleh melalui jalan adharma dan digunakan hanya untuk memenuhi keinginan sendiri; sebaliknya nafsu menumpuk kekayaan akan baik jika cara memperolehnya sesuai dengan ajaran agama dan penggunannya untuk dana punia menurut porsi tertentu. Nafsu ingin terpandang atau terhormat akan baik bila kedudukan terhormatnya digunakan untuk mengabdi kepada kepentingan masyarakat; sebaliknya akan buruk bila menjadi "gila hormat" demikian beberapa contoh yang dapat dikemukakan, tentunya masih banyak contoh lain dalam perjalanan hidup ini.

  2. Lobha atau rakus, adalah keinginan untuk memperoleh atau mempunyai sesuatu secara berlebihan. Ini berhubungan dengan ukuran rasa kepuasan manusia yang relatip dan tidak terbatas. Pribadi-pribadi manusia mestinya membatasi tingkat kecukupan yang disesuaikan dengan kemampuan. Lobha yang negatif misalnya keinginan yang tinggi tetapi tidak mempunyai kemampuan lalu cenderung mengambil hak atau milik orang lain. Lobha yang positif misalnya keinginan yang tinggi disertai usaha yang serius di jalan dharma untuk mencapai keinginan itu..

(bersambung)

Om Santi, Santi, Santi, Om....

 
 
Ida Pandita Nabe Sri Bhagawan Dwija Warsa Nawa Sandhi
Geria Tamansari Lingga Ashrama
Jalan Pantai Lingga, Banyuasri, Singaraja, Bali
Telpon: 0362-22113, 0362-27010. HP. 081-797-1986-4