Tirta Yatra di Nusa Penida
 
Perjalanan Spiritual atau Tirta Yatra guide lines

 

Persiapan Kembali ke atas

Perbekalan yang perlu dipersiapkan adalah:

  • Sarana persembahyangan berupa Canang, Kewangen, Dupa atau Wangi wangian, Banten Pejati dan jangan lupa membawa korek api untuk menyulut dupa. Paling sedikit ada 4 tempat di mana kita akan bersimpuh berserah diri, mungkin tidak dapat secara keseluruhan sekaligus. Silakan menentukan yang paling berkenan di hati, mudah-mudahan uraian ini menolong anda menentukan sekala prioritasnya.

  • Konsumsi jika diperlukan, misalnya air mineral, atau cukup prasadam dari Banten Pejati.

  • Alas kaki sebaiknya sepatu sandal yang kuat dan tahan air. Sandal saja tidak menjamin tetap setia melekat di kaki pada saat dibawa mencebur ke laut menuju perahu atau turun dari perahu. Kalau harus berkacamata, pasangkan kalung pengaman pada tangkainya. Kalau perlu bungkuslah dahulu dompet anda dengan kantung plastik sebelum masuk ke saku.

  • Handuk kecil, pakaian ganti untuk sembahyang satu set terutama jika ada acara melukat. Pada musim ombak besar, hampir dipastikan tubuh kita akan tersiram ombak dalam perjalanan menyeberang dengan perahu (jukung) bermotor. Untuk yang tidak biasa berlayar, ada baiknya mempersiapkan penahan mabuk laut karena perjalanan akan cukup melelahkan.

  • Sebaiknya diusahakan membawa tas yang tahan air untuk menjaga kemungkinan tersimbur ombak saat penyeberangan. Juga dianjurkan model tas yang dapat disampirkan ke bahu, karena kita akan sangat memerlukan kedua tangan kita bebas untuk berpegangan, menyeimbangkan diri, dan membawa banten. Tas pinggang (waist-bag) juga dianjurkan, untuk membawa barang-barang berharga seperti dompet dan telepon genggam, usahakan yang tahan air.


  • Nusa Penida dapat dijangkau oleh sinyal telepon seluler seperti Telkomsel dan lainnya, tetapi sebaiknya diset getar atau bisu (silent-mode) agar tidak mengganggu kekhusukan doa. Disarankan tiap rombongan mengusahakan paling sedikit satu telepon seluler, untuk keadaan tidak terduga, karena sarana telepon umum belum mencukupi.

  • Baju hangat bagi yang hendak mengunjungi pura Pucak Mundi, boleh dirangkap karena suhu dapat mencapai sekitar 10 derajat selsius pada malam hari musim kemarau ditambah tiupan angin yang cukup kuat.

  • Peralatan penerangan untuk di gua berupa lampu senter (flash-light), periksa kondisi baterainya.

  • P3K sesuai keperluan, seperti balsem gosok, tetes mata, obat anti mabuk laut, obat luka, atau sejenisnya.

  • Last but not least, adalah kesiapan mental spiritual, istirahat secukupnya sebelum perjalanan dimulai.

 

Transportasi Kembali ke atas

Satu satunya jalur trasportasi yang tersedia adalah transportasi melalui laut. Ada berbagai cara untuk sampai di tempat tujuan:

  • Jika kita ada kelebihan rejeki, maka kita dapat membeli ticket Bounty Cruise namun hanya tersedia untuk hari hari khusus seperti Purnama, Tilem, Piodalan atau hari raya. Berangkat dari pelabuhan Benoa diantar sampai dermaganya Bounty dekat Nusa Penida selanjutnya ditransfer dengan menggunakan boat kecil demikian pula sebaliknya.

  • Melalui pelabuhan Padang Bai. Jangka waktu penyeberangan lautnya akan lebih pendek. Tetapi bagi yang berasal dari Denpasar, jalur darat dari Denpasar ke Padang Bai umumnya ditempuh dalam waktu yang lebih panjang karena lalulintasnya sangat padat.

  • Melalui pantai Sanur. Jukung (perahu) bermotor tersedia hampir setiap waktu. Rata-rata dengan kapasitas muatan 30 sampai 60 orang. Yang lebih besar berupa kapal / boat berkapasitas sampai 120 orang.

Di Nusa Penida tersedia transportasi darat berupa pickup yang dimodifikasi untuk mengangkut penumpang, dapat disewa untuk rombongan (charter). Kendaraan ini dapat memuat 11 orang dengan posisi duduk menghadap ke samping berhadap-hadapan. Memang tidak terlalu nyaman, di sinilah biasanya kita memerlukan pembersih mata (eye-drops) dan balsem untuk melemaskan otot leher setelah melakukan perjalanan menyamping (karena kita tidak menghadap ke arah laju kendaraan).

 

Perjalanan Kembali ke atas

Pada hari hari besar seperti Piodalan, Purnama, Tilem, Kajeng Kliwon, lalu lintas menuju Nusa Penida selalu lebih padat daripada hari hari biasa, demikian pula akhir pekan. Perjalanan tirtayatra non massal sebaiknya menghindari hari hari tersebut. Perjalanan sebaiknya dalam kelompok sekitar sebelas orang supaya dapat mencarter satu kendaraan bersama satu rombongan.

Dalam keadaan cuaca cerah dan angin tidak begitu kencang perjalanan dapat ditempuh dalam satu setengah sampai dua jam dari pantai Sanur. Apabila perjalanan diawali pada pukul 8 pagi, sampai di tujuan sekitar pukul 10 pagi. Ada dua pelabuhan di Nusa Penida, satu di sebelah barat di Toya Pakeh dan satu lagi di timur. Keduanya tidak menjadi persoalan. Sediakan waktu satu jam untuk menyegarkan diri, re-orientasi (menyatu dengan alam) atau meregangkan otot kaki setelah penat duduk di papan menyilang yang sempit di perahu motor. Perjalanan ke Gua Giri Putri dapat dimulai pukul 11 siang, dengan pickup penumpang perjalanan akan memakan waktu sekitar 35 menit.

 

Pura Gua Giri Putri Kembali ke atas

Pura ini berada di dalam gua Giri Putri. Letaknya sangat spesifik dan mengesankan. Sebelumnya persiapkan banten yang akan dipersembahkan. Perlengkapan sembahyang seperlunya, flash-light serta korek api. Bawaan yang tidak diperlukan dapat ditinggalkan di kendaraan, karena perjalanan kaki selanjutnya agak berat. Jangan lupa tas bahu berisi handuk kecil dan pakaian ganti, apabila direncanakan dilakukan pengelukatan dalam prosesi ini. Kita akan mendaki trap (anak tangga) yang cukup tinggi menuju ke mulut gua. Tanggalkan alas kaki sesampai di mulut candi bentar pelataran depan gua. Di pelataran ini terdapat pelinggih berupa Padmasana serta bangunan penyangga berupa tempat penyimpanan peralatan upakara. Pemandangan pantai dan lautan dari pelataran yang amat tinggi ini sangat indah! Persembahyangan dimulai pada pukul 12 siang, waktu yang tepat untuk ber-Tri-Sandia setelah pengayatan dihaturkan oleh Ida Dane Mangku, sebelum Panca Sembah. Lebih dari 80 umat dapat ditampung dalam pelataran ini.

Diameter mulut gua tidak lebih dari 70 cm dan berlekak-lekuk penuh tonjolan batu. Arahnya hampir vertikal sehingga kita harus turun ke dalam lubang itu seperti masuk ke dalam sumuran. Setelah kedua kaki kita menjejak dasar sumuran, kita harus berjongkok untuk bisa berjalan ke arah horisontal ke depan. Ketinggian gua hanya cukup untuk separuh ketinggian kita, tetapi semakin melebar secara horisontal. Perjalanan jongkok ini hanya sepanjang 3 atau 4 meter karena sisi atas gua semakin meninggi. Dengan demikian, sebaiknya diatur agar beberapa anggota rombongan mengawali turun ke gua, berikutnya pembawa banten, dibantu oleh anggota yang sudah di dalam gua, baru disusul oleh yang lainnya.

Semakin dalam kita memasuki gua, semakin lebar ruangan gua. Meski tidak cukup terang, di beberapa tempat di dinding gua telah dipasang lampu-lampu listrik. Meskipun di luar matahari bersinar seterik-teriknya di tengah hari, tetapi di dalam, tanpa pertolongan lampu senter, kita tidak akan dapat melihat di mana kaki kita berpijak. Perjalanan dengan kaki telanjang harus dilakukan secara hati-hati, karena permukaan jalan di dalam gua agak lembab dan licin. Permukaan ini dibentuk oleh tumpukan kotoran kelelawar dan beberapa jenis burung yang juga menghuni gua selama ribuan tahun. Beberapa cerukan kecil dan dalam yang dapat mengakibatkan terkilirnya pergelangan kaki, patut diwaspadai. Apabila tidak tersedia lampu senter, cobalah menghubungi prajuru pura untuk menyediakan pelayanan penerangan dengan menggunakan lampu Stormking (lampu petromax) dalm jumlah terbatas.

Semakin jauh kita masuk ke dalam gua, ruangannya menjadi semakin lebar dan tinggi. Sebagai gambaran, gua ini mungkin dapat menampung seribu orang sekaligus di dalamnya.

Sebelum menuju Pelinggih Utama, agak dekat dari mulut gua kita akan menjumpai sebuah pelinggih di tengah ruangan, seperti aling aling yang lazim terdapat pada gerbang utama.Dari pelinggih inilah prosesi di dalam gua Giri Putri dimulai. Selesai melakukan penghayatan pemedek melanjutkan ke Pelinggih Utama yang berlokasi di perut gua, yaitu pertengahan antara kedua ujung awal dan akhir gua. Pada ujung paling akhir gua Giri Putri yang panjangnya kira-kira 300 meter ini terdapat pula pelinggih pada sisi dinding sebelah kanan dari arah kita masuk.

Di perut gua yang luas ini, terdapat cerukan gua lain yang permukaan lantainya lebih tinggi. Seakan-akan sebuah mezzanine khusus untuk orkestra di lobby besar sebuah hotel. Pelinggih-pelinggih utama terletak di bagian atas tersebut. Di sana juga terdapat sumber air suci untuk tirta Pengelukatan. Bagian atas ini dapat kita capai melalui sebuah tangga besi yang sempit, yang disandarkan pada dinding gua di bawahnya. Karena luas lantainya tidak begitu besar, kapasitasnyapun terbatas. Biasanya cukup diwakili oleh para pemimpin upakara atau pemangku, sedangkan pemedek yang lainnya cukup menghaturkan sembah dari bawah yaitu lantai gua utama saja. Di bagian bawah di mana para pemedek menghaturkan sembah juga terdapat satu pelinggih dan tempat untuk melakukan pengelukatan.
Acara persembahyangan dapat dilangsungkan sesuai dengan jenis acara yang hendak dilaksanakan. Ada semacam kesegaran dan kesan pencerahan luar biasa setelah kita keluar dari gua Giri Putri. Kesan ini merupakan tambahan semangat spiritual untuk melanjutkan perjalanan bakti berikutnya.

Perjalanan dilanjutkan ke pura Trisakti di Kerang Kuning.


 
Klik untuk memperbesar.
 
Klik untuk memperbesar.
Pura Kerang Kuning Kembali ke atas

Kompleks Pura Kerang Kuning terletak di ujung selatan pulau Nusa Penida. Perjalanan menggunakan kendaraan penumpang ke pura ini dapat ditempuh dalam waktu setengah jam dari Pura Gua Giri Putri. Di areal ini terdapat tiga buah pura sehingga sering disebut pura Tri Sakti. Sebagaimana Pura Gua Giri Putri, pura ini juga berlokasi di tepi dekat laut. Yang dominan di sini adalah pemujaan terhadap Sang Hyang Baruna, yang beberapa kali dalam sejarahnya termanifestasi dalam bentuk pendaratan Ulam Agung atau gajah-mina. Di sini dilakukan persembahyangan biasa, dituntun oleh Ida Dane Mangku. Kapasitas pura sekitar 60 umat lebih.

 

Pura Dalem Ped Kembali ke atas

Dari pura Kerang Kuning, perjalanan berbalik arah, kembali ke pura Dalem Peed melewati lagi rute sebelumnya yaitu pura Gua Giri Putri. Pura Dalem Peed adalah kompleks pura terbesar di Nusa Penida. Sebelum memulai persembahyangan mungkin perlu untuk menyegarkan badan dan mental terlebih dahulu, mengurangi penat akibat dari perjalanan sebelumnya. Seperti biasa, bawaan yang tidak diperlukan hendaknya ditinggalkan di kendaraan, karena terdapat areal parkir yang cukup luas. Di areal sebelah selatan lokasi parkir kendaraan terdapat kamar mandi untuk pemedek yang biasanya mekemit sampai keesokan paginya. Sayang sekali kebersihan dan pemeliharaannya sangat memprihatinkan. Di seberang jalan terdapat warung warung yang menjual makanan, yang juga menyediakan kamar mandi yang disewakan. Setelah beristirahat sejenak acara persembahyangan dapat dilanjutkan.

Di kompleks ini terdapat empat buah pura, yaitu Pura Segara, Pura Taman Sari, pura Ratu Dalem Gede (Mecaling). dan Pura Penataran Agung. Mari kita mulai sesuai urutan di atas.

Pura Segara
Pura ini berlokasi paling dekat dengan laut. Areal pura tidak begitu luas. Dengan suasana pantai dan deburan ombak saat mata terpejam dalam keheningan suara ini membangkitkan vibrasi tersendiri. Acara persembahyangan berlangsung sebagaimana biasanya. Kapasitas pura kira-kira 40 umat.

Pura Taman Sari
Dari pura Segara, kita melanjutkan ke taman begitu kira kira yang bertujuan untuk penyucian. Pura ini berlokasi disebelah timur atau sebelah kanan dari Pura Penataran Agung. Seperti namanya Pura ini dikelilingi oleh kolam yang dibuat cukup dalam, dan areanya juga tidak begitu luas. Kolam di sekeliling pura penuh dengan tanaman teratai yang berbunga indah. Acara persembahyangan biasa. Kapasitas pura sekitar 30 orang.

Pura Dalem Ida Ratu Gede Mecaling
Pura ini ada di sebelah kiri dari Pura Pentaran Agung, di sebelah utara Wantilan. Seperti juga kita lihat Pura Dalem Sakenan, pura dalem linggih Ida (tabik pukulun) Ratu Gede Mecaling ini tidak terdapat banyak pelinggih. Satu pelinggih utama dan disebelah kiri pelinggih penyangga. Kapasitas pura cukup besar. Acara persembahyangan sebagaimana biasanya.

Pura Penataran Agung Dalem Peed
Pura yang lumayan luas dan dengan penataan yang bagus. Terdapat banyak pelinggih berjajar pada sisi sebelah timur dan sebelah utara. Agak ke tengah berdiri sebuah gedong besar. Terdapat Padmasana di timur laut menghadap ke barat daya. Acara persembahayangan dilaksanakan di sekitar areal Padmasana di sebelah utara dari pelinggih gedong tadi

Pura Pucak Mundi Kembali ke atas

Puncak Bukit Mundi adalah tempat tertinggi di daratan Nusa Penida. Perjalanan ke Puncak Mundi cukup nyaman, permukaan aspal jalan cukup bagus. Hampir keseluruhan perjalanan adalah mendaki dan cukup curam, karena itu diperlukan kondisi kendaraan yang prima. Perjalanan ditempuh dalam waktu sekitar 1 jam. Sesampai di tujuan, semua barang bawaan sebaiknya dibawa serta, karena barang yang ditinggalkan di kendaraan akan menjadi obyek jarahan kera, yang banyak terdapat di lokasi ini. Pada malam hari suhunya cukup dingin. Jika ada acara spiritual yang cukup lama memakan waktu, sebaiknya mengenakan baju penghangat tubuh. Di lokasi ini terdapat dua pura penting yaitu pura Puncak Mundi dan Pura Krangkeng

Pura Krangkeng Kertanadi
Dengan tuntunan dari Spiritual Leader di tempat ini kita dapat menanyakan ada tidaknya leluhur kita yang masih harus menjalani masa untuk tinggal , mencari tahu soroh atau dari klen mana sebenarnya keberadaan kita, Nuntun Leluhur, dan Ngaturang pengayubagia. Tentunya memerlukan persiapan tertentu dan prosesi khusus karena yang seperti ini bukanlah persembahyangan biasa.

Pura Pucak Bukit Mundi
Merupakan pura Penataran Agung dengan jaba sisi, jaba tengah dan jeroan (paling dalam) Ada perbedaan sedikit dari pura lainnya dimana pura ini jaba tengahnya lebih luas dari areal jeroannya sendiri. Ada banyak bale pekemitan baik di jaba sisi maupun di jaba tengah. Persembahyangan umum dilakukan di sini.
Biasanya yang lebih umum, urutan tangkil di Nusa Penida, persembahyangan di Puncak Mundi dilaksanakan sebelum ke Pura Dalem Peed.