Sebelumnya
   Rangkapan aksara suara dan wianjana  
  Selanjutnya

 

Rangkapan antara aksara suara dengan wianjana, dalam pembentukan suku kata, kata atau kalimat. Penjelasan-penjelasan mengenai rangkapan aksara-aksara- ini telah banyak, cukup kiranya kalau kami kemukakan contoh-contoh dan yang penting-penting saja.

 

Wianjana + suara (a, ä, i, ï, u, ü, e, ë, o, ö, r, l )

Umpama k + a, ä, i dan lain sebagainya akan menjadi

ka kaa ki kii ku kuu ke ke ko kee kra kle

   

Wianjana + suara + wianjana

t + u + m  = tum w + ŗ + t  =   wrt
   
aad ditulis aadood ditulis ood dan sebagainya.
   

Rangkapan dengan ardasuara:

Karena kedudukannya berubah menjadi suara dan diganti dengan pangangge aksara lalu ditulis sebagai berikut:

Candra candra Bangkuang bangkuang
Dantia dantia   Kemplang kemplang
Tamblang tamblang (menghindari susunan tiga)

Keterangan

Uger-uger Bali berbunyi: l (dengan sandangan suaranya) tan wenang tumpuk tiga.
   
Wianjana pada akhir kata yang tidak bersambung dengan suara atau wianjana lainnya ditulis dengan adeg-adeg, umpama: sabun
   

Penggunaan adeg-adeg dapat kami simpulkan sebagai berikut, yaitu:

Apabila sudah nyarik, yaitu carik siki atau carik kalih.
Menghindari susunan tiga (tumpuk telu)

Untuk mempertahankan pasang, dalam hubungan kalimat: watek ksatria

Kami usulkan dalam hal kalimat meragukan arti, terutama pemakaian ardasuara:

ya ra la wa baik dipakai adeg-adeg.

Coba baca kalimat ini:

1 ngemitrainida
2 kadialunyanupamayang

Lebih jelas kalau ditulis sebagai berikut:

1 ngemit rainida
2 kadialun yanupamayang

(Usul ini ditolak. Alasan: lihat hubungan kalimatnya)

(bb: Belakangan ide pak Tinggen ini dapat diterima pada terbitan Pedoman Pasang Aksara Bali - Disbud 1997)

 

 

 

 

 

  Sebelumnya Selanjutnya