Sebelumnya
   Rangkapan wianjana dan kewargaan aksara   
  Selanjutnya

 

Perlu kami jelaskan, bahwa menurut hasil keputusan Pasamuhan Agung Kecil Bahasa Bali tahun 1963 uger- uger hanya berlaku dalam satu lingga.

Sesuai dengan kewargaan aksara-aksara itu, maka rangkapan wianjana itu terdapat rangkaian gantungan gempelan.

Warga talawia

Bunyi Ditulis
Huruf
Menjadi
panca panca
na
nya
sanja sanja
na
nya
pascad pascad
sa
sa-saga (sha)
dusasana dussasana
sa
sa-saga (sha)
pradnyan prajnan
da
a

 

Keterangan:

Uger-uger Bali akan berbunyi:

Saluiring kruna lingga, yening wenten na kagantungin antuk ca wiadin ja wenang na kagentosin antuk nya

Demikian pula dengan yang lainnya:

Bandingkan contoh-contoh ini:

 

   

Warga murdania

Bunyi Ditulis Huruf Menjadi Keterangan
kantha (salah) kantha na na-rambat  
pandu (salah) pandu na na-rambat  
dusta (salah) dusta sa sa-sapa  
kresna (salah) kresna sa sa-sapa  
paksa (salah) paksa sa sa-sapa Dalam 1 lingga,  tidak boleh dipisahkan
rana (salah) rana na na-rambat karena dan sewarga
bhaskara (salah) bhaskara     menyimpang dari hukum
puspa (salah) puspa     menyimpang dari hukum

 

Keterangan:

Uger-uger Bali akan berbunyi:

Saluiring kruna lingga, yening wenten na kagantungin antuk ta latik miwah da-madu wenang na punika kagentosin antuk na-rambat (demikian pula dengan yang lain)

 

Bandingkan contoh-contoh ini:
paksa dengan panaksampi
kantha dengan wententhatit

dan lain sebagainya.

 

   

Warga Ostia

Bunyi Ditulis Huruf Menjadi Keterangan
tanbhara tambara na ma  
tanmolah tamolah na ma artinya tidak bergerak, diam. Di sini konsonan n hilang dan menjadi tedung (dirga) bagi t.

 

   
Warga dantia

Rangkap- rangkapannya sebagai berikut, yaitu.

Aksara rangkap
Dalam kata
nda
sandingucap
ndha
ganda
Aksara rangkap
Dalam kata
sta
asta
sta
asta
Aksara rangkap
Dalam kata
sna
masnea

 

Keterangan:

Dalam Pasang Bahasa Kawi terdapat perubahan-perubahan wianjana karena disesuaikan dengan wianjana berikutnya, bukan saja dalam satu lingga, tetapi juga kadang-kadang dalam dua lingga, umpama:

dus + shasana = dussasana
dus + kreta = duskreta
jayat + ratta = jayadratta
rama + ayana = ramayana

Demikian pula: tancala niscala kinidunganjuga dan lain sebagainya (dalam bahasa Kawi).

   

Dalam Bahasa Kawi banyak kita jumpai kata yang tidak dapat diterangkan lagi, karena memang sudah begitu pasangannya. Pasang yang demikian kita sebut saja pasang pageh, misalnya:

stana spathika sri

Mungkin barangkali dipakai untuk pembeda arti, misalnya pada:

 

Kata dibaca artinya
pala pala

bahu

paala pala gembala
phala pala hasil

 

masih banyak lagi, lihat di pembahasan buku Celah-Celah Kunci Pasang Aksara Bali.

 

 

 

  Sebelumnya Selanjutnya