Canang Sari - Dharmawacana
Topik sebelumnya  Topik selanjutnya
Ida Pandita Nabe Sri Bhagawan Dwija Warsa Nawa Sandhi
 
Tentang: UPACARA MAWINTEN
 
3 Okt 2003

Rekan sedharma Yth,

Om Swastyastu,

MAWINTEN berasal dari Bahasa Kawi (Jawa Kuno) artinya: mawa = bersinar-sinar; inten = permata; arti lengkapnya: bersinar-sinar bagaikan permata. Adalah tradisi beragama Hindu di Bali yang bertujuan mohon "waranugraha" Hyang Widhi untuk memberikan kesucian bathin kepada seseorang. Mawinten dapat dilakukan oleh siapa saja, apakah ia akan menjadi pemangku di suatu Pura/ Sanggah pamerajan, atau tidak, artinya untuk kepentingan pribadi.

Misalnya siswa PGA (Pendidikan Guru Agama) ketika mulai menjadi siswa, seseorang yang ingin intensif belajar agama, yang memasuki masa Wanaprastha asrama, yang ingin menjadi penari tarian sakral, yang akan menjadi "undagi" (tukang ahli membuat bangunan pura, wadah, dll), tukang banten, dalang, dll. semua mawinten terlebih dahulu.

Mereka yang sudah mawinten disebut sang "Ekajati" (eka = pertama; jati = kelahiran/ kesunyataan). Jika ingin menjadi Sulinggih (Pendeta) maka setelah mawinten, belajar dan kemudian jika dianggap sudah memenuhi syarat sebagai Pendeta oleh Guru Nabe-nya maka ia dapat ditingkatkan "Madiksa"

Mereka yang sudah madiksa disebut sang "Dwijati" (Dwi = kedua; jati = kelahiran/ kesunyataan).

Sekian penjelasan saya.

Om Santi, Santi, Santi, Om.....

 
 
Ida Pandita Nabe Sri Bhagawan Dwija Warsa Nawa Sandhi
Geria Tamansari Lingga Ashrama
Jalan Pantai Lingga, Banyuasri, Singaraja, Bali
Telpon: 0362-22113, 0362-27010. HP. 081-797-1986-4