Canang Sari - Dharmawacana
Topik sebelumnya  Topik selanjutnya
Ida Pandita Nabe Sri Bhagawan Dwija Warsa Nawa Sandhi
 
Tentang: PADMASANA - RANGKAIAN UPACARA NGENTEG LINGGIH
Seri sebelumnya Topik utama Seri selanjutnya
17 Oktober 2003

Rekan-rekan sedharma Yth.

Om Swastyastu,

Setelah bangunan selesai dalam bentuk Padmasana atau berbentuk Sanggah Pamerajan dan Pura, maka dilaksanakan upacara Ngenteg Linggih. Dalam Bahasa Bali "Ngenteg" artinya mengukuhkan, dan "Linggih" artinya kedudukan. Jadi Ngenteg Linggih dalam arti luas adalah upacara mensucikan dan mensakralkan Niyasa tempat memuja Hyang Widhi.

Yang akan diuraikan di bawah ini adalah upacara Ngenteg Linggih menurut versi tradisi beragama Hindu di Bali berdasarkan Lontar-lontar:

  • Bhuwana Tattwa Rsi Markandeya,
  • Tutur Kuturan,
  • Gong Besi, dan
  • Sanghyang Aji Swamandala.

Mungkin saja ada rangkaian upacara dalam bentuk lain menurut versi atau tradisi setempat untuk Niyasa-Niyasa tertentu, seperti di Jawa, Kalimantan, Sumatra, dll. boleh saja namun tujuannya tetap sama yaitu mensucikan dan mensakralkan Niyasa.

MEMANGGUH. Tahap awal adalah upacara Memangguh. Asal katanya: "kepangguh" atau "kepanggih" artinya menemukan. Keyakinan tentang kekuasaan Hyang Widhi sebagai sang pencipta bahwa seluruh jagat raya adalah milik-Nya. Sebidang tanah yang dijadikan Pura ditemukan oleh manusia secara "Skala" (nyata) dan "Niskala" (tidak nyata, artinya berkat penugrahan Hyang Widhi). Memangguh lebih cenderung diartikan sebagai menemukan bidang tanah secara niskala.

MEMIRAK. Berasal dari kata "pirak" artinya membeli. Kaitannya juga secara niskala, yang bermakna mohon ijin kepada Hyang Widhi untuk menggunakan bidang tanah dimaksud.

NYENGKER. Berasal dari kata "sengker" artinya batas. Jadi upacara nyengker adalah memberi batas-batas luas tanah, baik secara skala dengan cara membangun pagar keliling, maupun secara niskala dengan menaburkan tepung beras putih kesekeliling batas tanah.

MECARU. Berasal dari kata "caru" artinya korban suci untuk menuju keseimbangan dan keharmonisan. Keseimbangan dan keharmonisan dalam arti luas adalah TRI HITA KARANA (Tri = tiga, hita = kebaikan, karana = sebab; Jadi Trihitakarana adalah tiga hal yang menyebabkan kebaikan). Keseimbangan dan keharmonisan yang bersentral pada manusia, yaitu:

  1. Bhakti manusia kepada Hyang Widhi dan sebaliknya kasih sayang Widhi kepada manusia, ini biasa disebut sebagai PARHYANGAN.
  2. Hubungan antar manusia yang baik dengan inti kasih sayang, biasa disebut sebagai PAWONGAN.
  3. Kecintaan manusia pada alam dengan memelihara kelestarian, biasa disebut sebagai PALEMAHAN.

Mecaru dalam rangkaian upacara Ngenteg Linggih tujuannya adalah mohon kepada Hyang Widhi agar di area Pura dapat terwujud Trihitakarana

(bersambung)

Om Santi, Santi, Santi, Om...

 
 
Ida Pandita Nabe Sri Bhagawan Dwija Warsa Nawa Sandhi
Geria Tamansari Lingga Ashrama
Jalan Pantai Lingga, Banyuasri, Singaraja, Bali
Telpon: 0362-22113, 0362-27010. HP. 081-797-1986-4