Canang Sari - Dharmawacana
Topik sebelumnya  Topik selanjutnya
Ida Pandita Nabe Sri Bhagawan Dwija Warsa Nawa Sandhi
 
Tentang: PADMASANA - PELINGGIH (STANA) YANG DIBANGUN
Seri sebelumnya Topik utama Seri selanjutnya
19 - 30 September 2003

Jika bangunan inti hanya Padmasana, sebagaimana tradisi yang ada di luar Pulau Bali, maka selain Padmasana dibangun juga

  • pelinggih TAKSU sebagai niyasa pemujaan Dewi Saraswati yaitu saktinya Brahma yang memberikan manusia kemampuan belajar/ mengajar sehingga memiliki pengetahuan, dan

  • PANGRURAH sebagai niyasa pemujaan Bhatara Kala yaitu "putra" Siwa yang melindungi manusia dalam melaksanakan kehidupannya di dunia.

Bangunan lain yang bersifat sebagai penunjang adalah:

  • PIYASAN yaitu bangunan tempat bersemayamnya niyasa Hyang Widhi ketika hari piodalan, di mana diletakkan juga sesajen (banten) yang dihaturkan.

  • BALE PAMEOSAN adalah tempat Sulinggih memuja.

Di Madya Mandala dibangun

  • BALE GONG, tempat gambelan,

  • BALE PESANDEKAN, tempat rapat atau menyiapkan diri dan menyiapkan banten sebelum masuk ke Utama Mandala.

  • BALE KULKUL yaitu tempat kulkul (kentongan) yang dipukul sebagai isyarat kepada pemuja bahwa upacara akan dimulai atau sudah selesai.

Jika ingin membangun Sanggah pamerajan yang lengkap, bangunan niyasa yang ada dapat "turut" 3,5,7,9, dan 11. "Turut" artinya "berjumlah".

Turut Jenis Pelinggih Keterangan
Turut 3
1 Padmasari
2 Kemulan Rong tiga
3 Taksu
Kemulan Rong tiga adalah Hyang Guru atau Tiga Sakti: Brahma, Wisnu, Siwa. Jenis turut ini digunakan oleh tiap keluarga di rumahnya masing-masing
Turut 5
1 Padmasari
2 Kemulan Rong Tiga
3 Taksu
4 Pangrurah
5 Baturan Pengayengan
Baturan Pengayengan yaitu pelinggih untuk memuja ista dewata yang lain.
Turut 7
1 Padmasari
2 Kemulan Rong Tiga
3 Taksu
4 Pangrurah
5 Baturan Pengayengan
6 Pelinggih Limas Cari (Gunung Agung)
7 Limas Catu (Gunung Lebah)
Yang dimaksud dengan Gunung Agung dan Gunung Lebah (Batur) adalah symbolisme Hyang Widhi dalam manifestasi yang menciptakan "Rua Bineda" atau dua hal yang selalu berbeda misalnya: lelaki dan perempuan, siang dan malam, dharma dan adharma, dll.
Turut 9
1 Padmasari
2 Kemulan Rong Tiga
3 Taksu
4 Pangrurah
5 Baturan Pengayengan
6 Pelinggih Limas Cari (Gunung Agung)
7 Limas Catu (Gunung Lebah)
8 Pelinggih Sapta Petala
9 Manjangan Saluwang
Pelinggih Sapta Petala adalah pemujaan Hyang Widhi sebagai penguasa inti bumi yang menyebabkan manusia dan mahluk lain dapat hidup. Manjangan Saluwang adalah pemujaan Mpu Kuturan sebagai Maha Rsi yang paling berjasa mempertahankan Agama Hindu di Bali.
Turut 11
1 Padmasari
2 Kemulan Rong Tiga
3 Taksu
4 Pangrurah
5 Baturan Pengayengan
6 Pelinggih Limas Cari (Gunung Agung)
7 Limas Catu (Gunung Lebah)
8 Pelinggih Sapta Petala
9 Manjangan Saluwang
10 Gedong Kawitan
11 Gedong Ibu
Gedong Kawitan adalah pemujaan leluhur laki-laki yang pertama kali datang di Bali dan yang mengembangkan keturunan. Gedong Ibu adalah pemujaan leluhur dari pihak wanita (istri Kawitan).

Cara menempatkan pelinggih-pelinggih itu sesuai dengan konsep Hulu dan Teben, di mana yang diletakkan di hulu adalah Padmasari/ Padmasana, sedangkan yang diletakkan di teben adalah pelinggih berikutnya sesuai dengan turut seperti diuraikan di atas. Bila halamannya terbatas sedangkan pelinggihnya perlu banyak, maka letak bangunan dapat berbentuk L yaitu berderet dari pojok hulu ke teben kiri dan keteben kanan.

 
 
Ida Pandita Nabe Sri Bhagawan Dwija Warsa Nawa Sandhi
Geria Tamansari Lingga Ashrama
Jalan Pantai Lingga, Banyuasri, Singaraja, Bali
Telpon: 0362-22113, 0362-27010. HP. 081-797-1986-4